Salah satu spot foto dilokasi wisata “Jendela Langit” Di Kaki Gunung Arjuno, Pasuruan

Pasuruan,- Sejak dibuka tiga tahun lalu, tempat wisata “Jendela Langit”, yang berlokasi di Dusun Sawah, Desa Danurejo, Kecamatan Prigen, Pasuruan, kini mulai ramai pengunjung.

Lokasi wisata yang terletak di kaki Gunung Arjuna – Ringgit tersebut, terletak diketinggian 700 – 800 MDPL yang menyediakan tempat wisata spot foto itu berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat melalui banyak kunjungan wisata itu.

Selesai dari kunjungan wisata di Jendela Langit, wisatawan lokal biasanya transit di warkop-warkop di kaki Gunung Arjuno – Ringgit yang terletak diketinggian 700 – 800 MDPL. Warkop warkop itu seolah mendapat berkah dengan adanya wisata alam pucuk gunung tersebut.

Umar, 44 tahun, salah satu pejaga warung kopi (warkop) menjelaskan kepada media ini, jika hari biasa, warkopnya bisa dikunjungi antara 100 – 200 orang pengunjung.

Umar yang juga pemilik warkop DPR Coffee itu menuturkan, beberapa pengunjung ada yang dari Pandaan, Gempol, Bangil, Purwosari, Sukorejo, mayarakat lokal Prigen, juga warga Kota Pasuruan.

Bahkan, lanjut Umar, tidak jarang juga pejabat Pasuruan juga berkunjung ke DPR Coffee ini.

“Anggota DPRD Pasuruan juga sering datang kesini. Bupati Irsyad Yusuf juga sering. Saya juga merasa berterima kasih karena Bupati Pasuruan, Irsyad Yusuf sering datang kesini sehingga membawa dampak yang baik, menjadi ramai warkop-warkop disini. Bahkan suatu ketika Pak Bupati membawa artis Jakarta, Komeng diajak mampir ke DPR Coffee sini,” terang Umar bangga.

Untuk omset perdagang di warkop itu, Umar yang juga anggota Kelompok Tani (Poktan) LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Desa Danurejo, Prigen itu, rata-rata antara Rp 1 juta jika keadaan biasa.

“Namun jika pas ramai, biasanya pada hari Sabtu dan minggu, bisa memperoleh omset penjualan antara Rp 4 juta – 4,5 juta. Jika pas lagi ramai, pas ada tamu-tamu gitu, pernah juga mendapatkan omset penjualan hingga Rp 9 juta selama dua hari dua malam,” terangnya mengenang.

Umar, menunjukkan kopi lokal produksi masyarakat setempat. DPR Coffee atau dikenal Warkop DPR (Dibawah Pohon Rindang)

Umar menuturkan, dampak dari wisata alam Jendela Langit dan warkop-warkop di kaki Gunung Arjuno – Ringgit itu ada perubahan dampak ekonomi yang lumayan.

Jika diprosentase, lanjutnya, ada peningkatan ekonomi sekitar 15 % dari perseribu penduduk desa sekitar akibat wisata alam Jendela Langit itu.

“Kedepannya kita juga berharap ada peningkatan ekonomi bagi masyarakat sekitar, terutama Anggota Poktan LMDH Perhutani di desa setempat,” harapnya.

Lebih dari itu, lanjut pedagang warkop yang juga anggota Komunitas Wirausaha (KWU) Pasuruan itu, yang paling penting adalah bagaimana kita secara kekeluargaan, bergotong royong dalam upaya mensejahterakan masyarakat desa hutan.

“Tetapi juga tidak boleh melupakan tujuan mulia dalam pengelolaan hutan, agar tercapai tujuan pengelolaan secara ekologis, ekonomis, sosial dan budaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal,” harap pedagang warkop yang lulusan SMA November ini berfilosofi.

Pengunjung yang lumayan ramai di warkop DPR, di kaki Gunung Arjuno, diketinggian 700 – 800 MDPL

Soal branding produksi oleh oleh masyarakat setempat sebagai dampak ramainya wisata alam Jendela Langit, Umar mengaku masyarakat sekitar belum menyiapkan.

Untuk Warkop DPR coffee sini, lanjutnya, hanya menyediakan kopi lokal yang secara pemasaran diperuntukkan untuk masyarakat menengah kebawah.

Disamping itu juga menyediakan kopi sachetan pada umumnya.

Adapun branding produksi, seperti tempat-tempat wisata pada umumnya, DPR Coffee hanya menyediakan kopi lokal buatan masyarakat lereng Gunung Arjono.

Kopi kopi itu, tutur Umar, dikelola secara tradisional menggunakan mesin vacuum roaster, mesin blender yang sudah menggunakan teknologi canggih, satu cangkirnya dijual dengan harga Rp 10 ribu.

“Kopi Arabika lokal ini harganya memang agak mahal, karena dari namanya sudah menunjukkan ciri khas kopi murni dengan dipadu rasa rasa buah, dengan rasa khas yaitu pahit dan asam. Jika diminum disuhu yang dingin dan dipadu dengan mix susu, rasanya sangat nikmat,” terangnya.

Sedangkan untuk produksi kopi lokal yang biasa, lanjutnya, yaitu kopi robusta yang diproses secara alami tradisional, harganya agak murah sedikit, yaitu satu cangkirnya hanya Rp 5 ribu. (mnr).