Jangan Bandingkan Dengan Yang Lain

oleh: Misbachul Munir

Selamat Memperingati 1 Abad NU

Kolom | JATIMONLINE.NET,- Ketika peringatan 1 Abad NU ditempatkan di Sidoarjo, saya pun menduga, Sidoarjo mempunyai nilai historis yang tinggi terhadap NU, sehingga Sidoarjo dipilih menjadi tempat resepsi Akbar, perayaan memperingati 1 Abad NU. Event peringatan 1 Abad NU ini sangat bersejarah bagi jam’iyah maupun jama’ah Nahdlatul ulama.

Dan, ternyata dugaan saya benar. Sidoarjo mempunyai nilai historis yang kuat karena ada pondok pesantren yang legendaris, yang diakui dalam sejarah telah menelurkan banyak ulama besar para pendiri NU. Pondok Pesantren itu adalah Alhamdaniyah, Siwalan Panji, Buduran, Sidoarjo.

Di Ponpes Panji, sebutan akrab Ponpes Alhamdaniyah, inilah Hadrotus Syaikh KH. Hasyim Asy’ ari memperdalam ilmu agamanya. Disamping Kiai Hasyim, banyak juga tokoh NU yang juga mengenyam pendidikan agama di Pondok Panji. Ada KH. As’ad Syamsul Arifin, KH. Ridwan Abdullah, KH. Idam Kholid dan banyak lagi.

Bahkan, di Pondok Panji ini, Kiai Hasyim diambil menantu oleh KH. Ya’kub, pengasuh Pesantren Alhamdaniyah periode kedua, setelah generasi pertamanya, KH. Hamdani. Harapan KH. Ya’kub mengambil menantu Kiai Hasyim, dinikahkan dengan Chadijah binti KH. Ya’kub supaya dikemudian hari, Kiai Hasyim bisa melanjutkan perjuangan memimpin Pondok Pesantren Alhamdaniyah.

Pernikahan Kiai Hasyim dengan Nyai Chadijah tidak bertahan lama. Setelah menunaikan ibadah haji, saat itu Nyai Chadijah lagi hamil dan meninggal saat melaksanakan ibadah haji.

Ada sepotong cerita menarik saat Kiai Hasyim mondok di Panji, Buduran, Sidoarjo ini. Cerita itu menunjukkan betapa tingginya akhlak Kiai Hasyim, utamanya dalam menghormati guru. Guru, dalam tradisi keilmuan di NU, adalah orang yang harus dimulyakan, seperti halnya seorang anak memulyakan orang tuanya. Semakin tinggi ahlak seseorang, semakin tinggi pula derajat kemanusiaan seseorang.