M. Fikser.
Foto (Dok. Pemkot Surabaya)

Surabaya,- Seperti yang juga diberitakan Jatim Online sebelumnya, Ketua Rumpun Kuratif Gugas Covid-19 Jawa Timur, Joni Wahyuadi, menyebutkan 65 persen angka penderita Covid-19 di Jatim berasal dari Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Gresik. 

Khusus soal Kota Surabaya, Joni menyebut bisa seperti di Wuhan, jika tidak hati-hati dan penanganannya tidak dilakukan secara baik.

Statement itupun sempat menjadi perhatian dan menggugah keprihatinan banyak pihak. Bahkan berita tersebut menjadi viral dan dimuat di media lokal maupun nasional.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, M Fikser, mengajak Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim mencari solusi bersama agar penyebaran Covid-19 khususnya di Kota Surabaya bisa ditekan.

M. Fikser menegaskan bahwa Pemkot Surabaya berharap tidak akan bernasib seperti Kota Wuhan, kota diduga pertama kali Covid-19 berasal.

“Semua pihak, baik pemkot, TNI, Polri, dan segenap eleman masyarakat bekerja. Semua elemen yang tergabung dalam satgas bekerja dan berbuat semaksimal mungkin untuk mengendalikan persebaran Covid-19,” kata Fikser.

Dirinya tidak menampik terkait tingginya pasien positif Covid-19 di Surabaya. Hal itu menurutnya ada beberapa faktor. Yang salah satunya, karena gencarnya rapid test dan tes swab-PCR yang dilakukan Pemkot Surabaya.

“Pemerintah Kota Surabaya selama ini melakukan rapid test secara massif, ini adalah faktor penting yang tidak bisa dikesampingkan. Dalam beberapa hari ini saja sekitar 22 ribu lebih (rapid test),” jelas sosok yang juga Kepala Diskominfo Surabaya itu.

Menurut Fikser tidak fair kalau kemudian hanya berpedoman pada angka kenaikan saja. Apa yang diperbuat Pemkot Surabaya dengan memperbanyak Rapid Test dan tes Swab-PCR juga menjadi faktor naiknya pasien positif Covid-19. Andai itu tidak dilakukan maka sangat mungkin angkanya akan rendah. (man).