Resah Dengan Isu Sogok Menyogok, Jama’ah NU Kultural Tulungagung Berdoa Di Ampel Minta Kebenaran & Keadilan
Kalau di Muktamar NU ke 34 ini, lanjut Kiai Chamim, ada yang melakukan politik uang, dengan mengambil keuntungan pribadi dan kemudian berdampak menjatuhkan nama baik NU dan merusak aqidah NU, semoga Allah menghisab perbuatan mereka itu sesuai amal perbuatannya.
“Dan kami juga berdoa, semoga dalam Muktamar ini nanti NU diberi pemimpin yang baik, yang ihlas. Juga dalam penyusunan pengurus NU pasca muktamar ini nanti diberi pengurus yang muhlis muhlis, yang benar benar mengharapkan ridlo Allah dalam menjalankan organisasi NU ini. Kami juga berdoa supaya pengurus- pengurus NU yang baik dan ihlas itu senantuasa mendapat maunah dari Allah,” harap Kiai Chamim.
Kiai Chamim menekankankan, kalau memilih Ketua NU itu dasarnya karena ada embel-embel uang, maka hasilnya akan tidak baik. Karena memilih seorang pemimpin ukurannya bukan melihat kebaikannya, melainkan karena uangnya. “Maka sekarang ini banyak muncul kelompok-kelompok di NU, misalkan KKNU (Komite Khittah NU) 1926. NU garis lurus. Nah, kalau saya ini masuk kategori NU jaman dulu. NU jaman dulu itu mafhum mukholafanya bukan NU saiki,” terang Kiai Chamim sambil memberikan isarat tangannya dimasukkan ke saku (kesak) baju.
Kiai Chamim juga menegaskan, kalau apa yang dilakukannya bersama jama’ah NU Kultural hari ini (melakukan doa untuk kebenaran & keadilan) bukan karena didasari hasut atau dengki. “Kita tidak seperti itu. Kita ini berharap, berdoa kepada Allah supaya NU mendapatkan pemimpin yang baik. Kita ini sebagai warga NU berharap agar NU itu bisa lebih baik dan lebih baik,” harapnya.
Dan, lanjutnya, harapan kita nanti diakui oleh Hadrotus Syaikh KH. Hasyim As’ari sebagai muridnya. “Hadrotus Syaikh pernah dawuh, siapa yang mau ngurusi NU, maka akan saya akui sebagi murid saya. dan siapapun murid saya akan saya doakan semoga masuk surga. Nah maksud ngurusi NU itu adalah ngurusi NU yang baik. bukan di pengurusan NU tapi melakukan hal yang tdak baik,” ujarnya menutup pembicaraan. (mnr).
Tinggalkan Balasan