Arif Pii (sebelah kanan) masker merah.
Rudi (sebelah kiri) masker pink

Sidoarjo,- Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dan Relawan Gusdurian Sidoarjo mendirikan Posko Marjinal.

Posko tersebut didirikan di PG – PAUD Melati Trisula, yang beralamat di Jl. Yos Sudarso, Sidoarjo, pada kamis (23/04/2020).

Masyarakat terlihat antusias memeriksakan kesehatannya. Posko juga mendatangkan seorang dokter, yaitu Dr. Andre Yulius dari Unit Klinik Dr. Andre dan 2 orang perawat Rekam Medis Umsida.

Dr. Andre Yulius, baju putih

Posko Marginal didirikan dalam rangka memberi akses kesehatan pada mereka yang memiliki keterbatasan akses kesehatan. Hal ini dilakukan menyusul pandemik covid-19 yang makin meluas dan makin menyempitkan akses masyarakat pada bidang kesehatan.

Selain menyediakan fasilitas cek kesehatan gratis, juga dilakukan pembagian nasi bungkus, hingga menyediakan baju layak pakai.

Dalam kegiatan itu, relawan dari PMII dan Gusdurian tetap mengikuti arahan pemerintah dengan standar operasional prosedur sesuai dengan Permenkes no 9 tahun 2020. Diantaranya memakai hand gloves, masker, dan APD lainnya.

“Kegiatan ini kami lakukan dalam rangka memberikan akses kesehatan untuk semua lapisan masyarakat. Berangkat dari keprihatinan kami pada pandemik covid-19 yang makin meluas, sehingga makin menyempitkan akses kesehatan bagi mereka yang selama ini telah terbatas pada akses tersebut,” kata Arif Pii selaku Kordinator lapangan dalam posko marjinal.

Arif menambahkan, kegiatan itu juga jadi implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, dimana mahasiswa bukanlah mereka yang cuma bisa diskusi saja tanpa aksi di lapangan.

Sementara itu, Rudi, Relawan dari GUSDURian mengatakan, kegiatan itu adalah murni kegiatan kemanusiaan. Tidak melihat Agama, Suku, ataupun Ras dari masyarakat di sekitar posko maupun tim relawan yang terlibat.

“Kegiatan ini murni tentang kemanusiaan saja. Tidak ada tendensi apapun. Kita terlibat dalam kegiatan ini berangkat dari keprihatinan bersama bahwa semua memiliki hak yang sama atas akses kesehatan, siapapun itu,” jelas Rudi. (dik).