Pernah Beromset Rp 4 M, Kebijakan Berubah, Pengrajin Batik Sidoarjo ini Mengalami Penurunan Omset Secara Drastis
Sidoarjo,- Siang itu, suasana disekitar Gerai Rumah Batik Al-Huda tampak sepi. Disamping pintu pagar sebelah barat rumah Batik yang menjadi salah satu destinasi wisata batik Sidoarjo itu juga digembok, rumah batiknya juga kelihatan sepi sekali.
Situasi yang sunyi senyap disekitar rumah batik yang beralamat di Perum Sidokare Asri Blok AW.18 Sepande Sidoarjo itu memang bisa dimaklumi. Mengingat Kabupaten Sidoarjo masih dalam posisi transisi zona merah covid-19.
Ir. Nurul Huda, pengrajin batik Sidoarjo, pemilik Rumah Batik Tulis Al-Huda ini membenarnya, akibat terdampak Corona ini, usaha batiknya yang dulu namanya sempat moncer sebagai pengrajin batik Sidoarjo, kini mengalami penurunan penjualan yang sangat drastis.
Pengrajin batik yang akrab disapa Pak Huda ini juga menuturkan, kalau penurunan omset batik Sidoarjo ini sebenarnya juga mengalami penurunan yang sangat tajam, jauh sebelum “serangan Corona”.
“Dulu pada zaman Sidoarjo masih dipimpin Pak Wien Hendrarso, pengrajin batik Sidoarjo itu pertumbuhannya sangat baik. Karena era kepemimpinan Pak Wien Hendrarso semua Pegawai Pemkab Sidoarjo diharuskan memakai seragam batik kebanggan Sidoarjo,” terang Pak Huda yang juga ketua Peguyuban Batik Sidoarjo ini mengenang.
Diakui oleh Pak Huda, pada era Bupati Wien Hendarso para pengrajin batik yang tergabung dalam Paguyuban Batik Sidoarjo mengalami masa keemasan.
“Omset penjualan batik saya waktu itu bahkan mencapai Rp 4 Milyar pertahun. Itu karena pemimpin daerahnya mengerti manajemen pemerintahan daerah. Mengerti sumberdaya alam dan potensi daerahnya yang harus dikembangkan. Sebagai batik kebanggan Sidoarjo, Pak Wien dulu mengharuskan semua Pegawai Pemkab Sidoarjo berseragam atau membeli batik produk kebanggaan Sidoarjo,” terangnya.
Pak Huda menambahkan, kalau Kebijakan Pemdanya itu berpihak pada UKM pengrajin batik, maka UKM pengrajin batik Sidoarjo itu juga bergairah.
“Saya hitung, misalkan hari Selasa, Kamis dan Jumat seragam batik Sidoarjo, berarti ada 3 kain batik dikalikan (anggap saja) jumlah pegawai Pemkab Sidoarjo 15 ribu. Itu bisa masuk uang sebesar Rp 6 Milyar pertahun untuk UKM pengrajin batik. Dengan asumsi harga kain batik Rp 150.000 perlembar,” terang Pak Huda.
Berharap Bupati Kedepan Berpihak UKM Batik Sidoarjo
Nah Bupati Sidoarjo pada eranya Wien Hendrarso, lanjut Pak Huda, kebijakan untuk UKM batiknya berpihak ke Pengarahan Batik Sidoarjo.
“Ketika UKM batik banyak pekerjaan, omsetnya naik, otomatis tenaga kerja juga naik. Ada 30 an pengrajin batik di Sidoarjo. Ditempat saya itu kalau pas omsetnya naik, bisa menyerap 50 tenaga kerja,” jelasnya.
Disamping menyerap banyak tenaga kerja, kalau omset pengrajin batik naik, pajaknya yang masuk ke daerah juga naik. Diakui Pak Huda, petugas pajak yang datang ke rumah Pak Huda sempat kaget karena pembayaran pajak UKM nya kok cuma sedikit.
Tidak seperti zaman dulu, Pak Huda juga menambahkan, sejak era Bupati Saiful Ilah, membebaskan pegawai Pemkab Sidoarjo untuk tidak membeli batik kebanggan Sidoarjo, omset penjualan batiknya menurut hampir 50 %.
“Loh Pak Huda kok bayar pajaknya cuma sedikit sekarang. Inikan produksi kain batinya banyak sekali?” kata petugas pajak, seperti yang diceritakan Nurul Huda.
Nurul Huda pun menjawab “Lah yang pajaknya saya bayar itu yang laku terjual. Adapun ditempat produksi saya, banyak kain batik, tapi tidak laku dijual. Ada sekitar 1000 lebih kain batik yang sekarang ini saya kesulitan menjual,” terang Pak Huda.
Pak Huda mengakui, dulu ia bisa menumbus ke pasar batik Sidoarjo, Surabaya dan Malang. Namun, setelah Surabaya bisa membuat batik sendiri, Pemkot Surabaya sudah tidak membeli batik Sidoarjo.
“Begitu juga dengan malang. Dulu saya yang melatih UKM Malang untuk membuat batik. Setelah bisa, pemerintah Malang sudah tidak membeli produk batik Sidoarjo. Ya karena telah bisa, mereka juga mewajibkan membeli batik Malang sendiri,” terang Pak Huda.
Karena itu Pak Huda berharap Bupati Sidoarjo Kedepan harus mengerti menejemen daerah. Juga bisa memanaje Sumbe Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDA) dengan baik sehingga semua harus dikembangkan tanpa terkecuali, terutama UKM dan IKM yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.
“Karena dalam kurun waktu pemerintahan kemarin, omset pengrajin batik mengalami penurunan yang sangat drastis. Banyak saya jumpai para birokrat Sidoarjo memakai batik buatan dari luar Sidoarjo. Harapan kami kedepan Calon Bupati Sidoarjo bisa mensejahterakan para UKM dan IKM lewat aturan atau regulasi daerahnya. Yang lalu ya sudahlah biarlah berlalu. Kedepannya saja mudah mudahan ada perbaikan,” harap Pak Huda. (mnr).
Tinggalkan Balasan