3 dari 3 halaman
KH. Ali Fikri Mahfudz, Pengasuh Ponpes Ar-Riyad bersama Moh. Haerul Amri, saat bincang santai

Gus Aam menceritakan soal strategi gerakan dakwah wali songo yang memakai akulturasi budaya, tidak harus merubah budaya masyarakat yang ada, namun cukup mengganti atau memasukkan nilai-nilai dalam wadah budaya yang telah ada itu. “Misalkan langgar. istilah Langgar itu diambil dari istilah sanggar, tempat peribadatan agama kapitayan. Kalau di Islam namanya mushollah. Misalkan sholat, supaya mudah dimengerti dan gampang diterima masyarakat zaman dulu, disebut Sembahyang. Artinya menyembah yang maha kuasa,” ujarnya lagi.

Karena Indonesia banyak sekali keaneka ragaman, untuk menjaga agar bangsa ini tidak terpecah belah, warga masyarakat, lanjutnya, harus saling bertoleransi. Harus saling menjaga supaya bangsa ini tidak terbelah.

Kepada KH. Ali Fikri, Moh. Haerul Anam menyampaikan pesan supaya pesantren ikut menjaga bangsa ini agar tetap rukun, damai dan bersatu. Moh. Haerul Anam juga mengapresiasi budaya Sholawatan yang banyak dilakukan warga masyarakat, termasuk juga di Ponpes Ar-Riyad karena itu akan bermanfaat menguatkan dan merekatkan bangsa. “Budaya Sholawatan harus di rawat untuk memperteguh semangat kebangsaan, menjadikan Islam sebagai agama yang rahmatan Lil Al-Amin dengan bersholawat,” pungkasnya. (mnr).