Masyarakat Wonorejo Pasuruan Keluhkan Seringnya Listrik Mati, PLN Berkilah, Itu Faktor Alam
Pasuruan,- Beberapa hari kemarin warga masyarakat di Kecamatan Wonorejo, Pasuruan, tepatnya di Desa Coban Blimbing dan sekitarnya mengeluhkan soal pemadaman listrik. Kekecewaan warga masyarakat bukannya tanpa alasan, pemadaman listrik seringkali terjadi, seperti kegiatan rutin.
Warga masyarakat di Wonorejo kecewa karena tiap kali lampu mati dari pihak PLN tidak ada pemberitahuan. Baik matinya lampu itu disebabkan karena apa dan kapan dinyalakan lagi juga tidak tahu.
Seperti yang dikeluhkan oleh salah satu warga Desa Coban Blimbing, Syamsul Arifin. Menurutnya, pihak PLN itu dirasakannya kebangetan karena seringnya lampu mati secara mendadak. “Itu terjadi berkali-kali. Terkadang cuma hujan sedikit saja, lampunya padam,” gerutu Arif.
Seperti diketahui, di Desa Coban Blimbing dan beberapa desa di Wonorejo itu untuk urusan air, sifatnya kolektif, melalui sumur bor. Yang mana, ketika listrik mati, maka sumur pompa juga ikut mati karena pompanya dinyalakan dengan listrik.
Seperti yang terjadi pemadaman hari Rabu (28/04/2020) kemarin. Pada saat itu cuaca mendung mulai pagi hari, dan listrik padam hingga sore hari.
Sementara itu, kantor PLN Gondang Wetan yang meliputi, Kecamatan Wonorejo, Kejayan, Gondang Wetan, Puspo , Tosari dan Paserpan, melalui Manager Areanya, Heru Purnomo menuturkan kalau seringnya listrik mati itu adalah karena faktor alam. “Misalnya karena tertimpa pohon,” jelasnya.
Misbachul, warga Desa Coban Blimbing, Wonorejo merasakan repotnya ketika lampu mati. Karena ketika listrik mati, air bor juga mati.
“Betapa repotnya ini kalau listrik mati tanpa pemberitahuan. Listrik mati, air juga mati. Ketepatan air mati dari pagi mulai listrik mati. Sore listrik nyala, air tetap mati, hingga besuk paginya baru air bornya hidup,” terang maibachul dengan nada kecewa.
Heru menambahkan, kondisi listrik mati sebenarnya sudah lebih baik dari pada tahun-tahun sebelumnya. “Soal listrik mati itu lebih karena faktor alam. Bukan karena peralatan kita yang dilakukan bawah standar. Semuanya peralatan kita sesuai standar,” jelasnya kemudian.
Adapun soal listrik mati yang kemarin itu, Pak Heru, panggilan akrab manager area ini, menjelaskan karena adanya warga Desa Coban Blimbing pengurus Hipam bagian pompa air mengeluhkan voltase listriknya yang menurun yang mengakibatkan pompa listriknya tidak maksimal mengangkat air.
“Karena itu orang yang punya pompa air tersebut datang kesini meminta adanya perbaikan arus listriknya supaya normal. Karena itu listriknya kami padamkan dalam rangka memperbaiki untuk pelayanan tersebut,” tutur Pak Heru.
Pak Heru menambahkan bahwa soal pemadaman listrik itu menurutnya tahun ini sudah lebih baik.
“Kalau listrik mati itu umumnya karena ketimpa pohon. Dan kami ini sebenarnya hampir tiap hari melakukan trabas atau menebang pohon utamanya yang dekat dengan kabel jaringan. Tetapi terkadang masyarakatnya tidak memperbolehkan pohonnya untuk ditebang, nah problem kita disitu,” tuturnya.
Travo untuk kegunaan pompa air itu, lanjutnya, mengikuti travo yang lama. “Yang lama panjang arusnya 5 kilo. Supaya normal itu arusnya harus didekatkan menjadi 3 kilo. Tetapi dengan ketentuan bebannya juga harus seimbang. Dengan travo yang baru itu, normalnya adalah 100 kpa dengan beban 144 Amper,” jelasnya lebih tehnis.
Pak Heru juga menambahkan kalau dalam beberapa Minggu kemarin itu telah melakukan sosialisasi soal listrik kepada 6 kecamatan area kantor Gondang Wetan.
“Kita sudah sosialisasi itu ke kepala desa soal listrik. Salah satu pesan inti dari kami, apabila ada gangguan soal listrik supaya menghubungi 123 agar segera ada perbaikan dari pihak PLN ,” tuturnya.
Menanggapi soal keluhan warga masyarakat soal tidak adanya pemberi tahuan ketika terjadi pemadaman, Heru Purnomo berkilah karena lampu padam itu dikarenakan faktor alam yang terjadi diluar perencanaan PLN.
“Lalu bagaiamana kita harus memberi informasi pemberitahuan kepada masyarakat terkait itu,” ujarnya. (mnr).
Tinggalkan Balasan