KH. Aam Wahib Wahab, Ketua KKNU 1926, cucu KH. Wahab Hasbullah, salah satu pendiri NU

Nasional | JATIMONLINE.NET,- Isu dugaan bakal terjadinya politik uang yang dilakukan Sekretaris PWNU Jawa Timur, Prof. Akhmad Muzakki kepada PCNU se Jawa Timur, yang berhembus kencang dibeberapa media, membuat suasana muktamar yang tadinya teduh, akhirnya jadi memanas.

Dugaan bakal terjadinya politik uang yang mewarnai wiruk pikuk Muktamar NU yang ke 34 di Lampung, 23-25 Desember 2021 itu disampaikan oleh Ketua Presidium BNNU (Barisan Nahdlyin NUsantara), Sudarsono. Dalam Konferensi persnya yang direlease beberapa media itu, Sudarsono menuturkan ada surat edaran yang beredar via aplikasi Whatsapp (WA) yang diduga dilakukan Sekretaris PWNU Jawa Timur, Prof. Akhmad Muzakki.

Dalam Surat Edaran itu, lanjut Sudarsono sambil menunjukkan isi chat WA tetsebut kepada awak media, berisi tentang : “Fasilitasi Muktamar & Surat Usulan”. Rapat gabungan PBNU dan Kombes NU tanggal 7 Desember telah menetapkan tanggal pelaksanaan Muktamar NU ke 34 pada 23-25 Desember 2021. Sehubungan dengan itu, PWNU Jawa Timur akan melakukan fasilitasi bagi peserta resmi muktamar dari PCNU Jawa Timur, mulai dari transportasi, konsumsi dan akomodasi.

Surat edaran yang beradat di WA bertanda tangan Sekretaris PWNU Jatim Prof. Akhmad Muzakki itu memerintahkan kepada PCNU agar segera mengumpulkan dokumen yang berisi usulan nama-nama Ahwa, Rois Am dan Ketua Umum, di deadline Sabtu, 11 Desember 2021 jam 23.29.

“PCNU yang tidak menyerahkan surat usulan Ahwa dan Calon Rois Aam dan Ketua Umum hingga tenggat waktu diatas dianggap tidak berkenan untuk berada dalam koordinasi dan fasilitasi PWNU Jatim,” ujar Sudarsono, mantan Ketua PW IPNU Jawa Timur itu mengutip isi chat WA tersebut.

Seperti dikutip duta.co, Sudarsono menambahkan ada sinyalemen kata memfasilitasi dalam tanda kutip ini peredaran uang. Ada yang dikatakan mau DP Rp 100 juta, setelah menang Rp 150 juta.

Menanggapi hal tersebut, Gus Aam Wahib Wahab, cucu KH.Wahab Chasbullah, salah satu Kiai pendiri, inisiator & penggerak NU, menyesalkan atas peristiwa tersebut. Menurutnya, politik uang itu tidak perlu harus terjadi di tubuh Jam’iyah Nahdlatul Ulama karena NU adalah Ormas kegamaan sebagai tempat pengabdian.

“Sebagaimana kita pahami, Jam’iyyah Nahdlatul Ulama adalah Jam’iyyatu Adlin wa Ammaniin, wa Islahiin & wa Ahsanin yang didasarkan pada pola pikir, pola sikap dan perilaku individu/organisasi yang memperjuangkan sistem NILAI bukan kekuasaan,” terangnya.

Nah, diantara Nilai-Nilai yang harus diperjuangkan itu, lanjut Kiai yang juga Ketum KKNU 1926 itu adalah Nilai-Nilai Keagamaan, Nilai-Nilai Kerakyatan, Nilai-Nilai Kebangsaan & Etika Politik Demi menegakkan Kebenaran dan Keadilan.

Kiai yang akrab disapa Gus Aam ini menambahkan, jelas-jelas Jam’iyah Nahdlatul Ulama ini adalah organisasinya para ulama/Kyai yang fokus dan concern kepada sistem Nilai. NU bukan organisasi partai politik, NU bukan organisasi profesi. Dimana baik organisasi partai politik maupun organisasi profesi pada akhirnya berujung di kekuasaan dan uang.

“Kok tega-teganya mereka mau melakukan hal tidak terpuji dan tercela seperti itu. Yaitu dugaan akan melakukan money politic di Muktamar NU ke 34 di Lampung ini. Sekali lagi saya katakan, Nahdlatul Ulama itu bukanlah organisasi yang berorientasi kekuasaan. Yang diperjuangkan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama adalah sistem Nilai bukan kekuasaan. Kita semua harus menyadari & menginsafi, Jam’iyah Nahdlatul Ulama itu harus dijadikan sebagai : Ladang Pengabdian, berjuang dengan tulus ikhlas demi NU. Seperti yang dicontohkan pendiri, inisiator dan penggerak NU KH. Wahab Chasbullah Beliau berjuang dengan tenaganya, pikirannya dan harta bendanya demi NU,” cetus Kiai, yang bapaknya (KH. Wahib Wahab) pernah menjadi Menteri Agama di era Presiden Soekarno itu.

“Seharusnya mereka semua MALU kepada pendiri NU Hadrotus Syech KH. Hasyim Asy’ari, Pendiri, Inisiator dan Penggerak NU KH. Wahab Chasbullah,“ sergah Gus Aam. (mnr).