Mas Dion; “Pengerjaan Masker Tidak Ditender Untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Yang Lagi Lesu”

H. M. Sudiono Fauzan, SAg, MM,
Ketua DPRD Kab Pasuruan

Pasuruan,- Mas Dion menjelaskan, meski tidak ditenderkan, dengan sistem yang ketat, sangat sulit pekerjaan itu disalah gunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Dengan cara memberikan harga yang dipres, lanjutnya, sulit sekali bagi makelar untuk mengambil keuntungan ditengah sulitnya pekerjaan saat ini.

Setelah ramai diberitakan dimedia soal dugaan anggaran masker Rp 7,5 Milyar untuk “Bancaan”, Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan, H.M. Sudiono Fauzan SAg, MM, memberikan tanggapannya kepada media ini.

Menurut pria yang akrab disapa Mas Dion ini, pengerjaan masker itu sengaja tidak ditenderkan supaya tidak dimonopoli salah satu PT dalam pengerjaannya.

“Ini kita lakukan adalah dalam Rangka menjawab persoalan ekonomi masyarakat yang lagi lesu. Termasuk para UKM penjahit karena dampak corona ini sudah banyak yang meliburkan karyawannya. Mereka UKM dan penjahit-penjahit itu tidak dapat pekerjaan, tidak ada penghasilan ditengah pendemo Corona ini. Karena itu kami mengambil langkah dengan tidak mentenderkan pengerjaan masker itu supaya bisa dikerjakan oleh masyarakat khusunya para penjahit yang hari ini lagi sepi pekerjaan,” jelas Mas Dion.

“Jadi ini kemungkinan tidak ada celah untuk dimainkan. Ini pekerjaan diperuntukkan bagi masyarakat atau penjahit yang lagi kesulitan mencari pekerjaan. Dengan harga 3500 untuk satu masker, sulit bagi makelar untuk memainkan harga. Karena itu soal tudingan adanya oknum anggota dewan yang memanfaatkan anggaran masker itu tidak berdasar,” terangnya.

Pekerjaan itu, lanjutnya ditangani oleh Dinas koperasi dan Disperindag. Dinas koperasi mengalokasikan pekerjaan 1 juta masker, disperindag 1,5 juta masker.

“Masing-masing dinas itu tidak memberikan DP pada UKM yang menggarapnya. Tujuannya supaya selamat saja. Cek Podo enak e. Jadi dengan speck yang telah ditentukan, UKM atau penjahit itu mengerjakan masker. Ada barang langusng dibayar. Begitu seterusnya. Awalnya memang UKM-UKM itu mengeluhkan tidak adanya dana awal untuk mengerjakan masker itu. Tetapi kemudian ada asosiasi HIAS (himpunan Asosiasi pengusaha Konveksi) yang berani nalangi untuk membeli kain. Dan Alhamdulillah pekerjaan masker itu sudah dilakukan,” jelasnya melanjutkan

Rencananya, lanjutnya, 2,5 juta masker itu akan dibagikan untuk seluruh penduduk Kabupaten Pasuruan. Dengan ketentuan masing masing penduduk mendapatkan 2 masker.

“Pembagiannya nanti lewat RT. Jadi bisa nyampai semua ke warga masyarakat. Kita tidak membagi ditempat-tempat yang ramai dikunjungi orang. Misalnya pasar. Nanti kuatir tidak tepat sasaran atau tidak merata,” jelasnya lagi.

Menanggapi soal kemungkinan tepatnya waktu yang ditentukan dalam pengerjaan masker, Mas Dion menjawabnya.

“Ya nanti kalau sampai batas waktu yang ditentukan pengerjaan masker belum selesai semua, ya masker yang ada itu kita bagikan ke masyarakat. Nanti uangnya yang di dinas yang menangani itu ya harus dikembalikan. Ya yang pasti kita akan buat tanggal atau batas akhir penyelesaian masker. Jangan sampai masker dibagikan ketika masyarakat sudah tidak membutuhkan lagi. Nanti malah dikritik oleh masyarakat. Dan untuk lebih jelasnya, mari kita ikuti sidak ke UKM-UKM yang mengerjakan masker, supaya jelas semuanya,” terangnya. (mnr).