Peternakan BJ Farm : Sinergi Antara Kearifan Lokal Dengan Jiwa Sosial & Kewirausahaan
Pasuruan,- Pada awalnya, peternakan sapi yang terletak di Dusun Pogal, Desa Lebakrejo, Purwodadi, Pasuruan itu konsepnya adalah peternakan penggemukan sapi.
Namun dalam perjalanannya, berubah menjadi pengembang biakan. Demikian disampaikan oleh Jonathan, pengelola peternakan BJ Farm yang dipercaya oleh Kelana Aprilianto untuk membudidayakan peternakan sapi tersebut.
Di Peternakan BJ Farm ini Kelana Aprilianto ingin terapkan orientasi bisnis yang bersifat jangka panjang. Maka kemudian, dari peternakan penggemukan dialihkan jadi pembiakan.
Prinsipnya, dalam peternakan pembiakan itu tidak keburu-buru menjual hewan ternaknya. Meski dihari atau bulan yang istimewa untuk penjualan hewan ternak, peternakan pembiakan harus bisa menahan diri untuk tidak menjual hewan ternaknya.
Setiap menjelang hari raya Idul Adha, Kelana Aprilianto tidak pernah menjual sapi-sapinya kepada para pedagang ternak, meski pada hari istimewa tersebut harga sapi lumayan tinggi. Itu sebagai konsekwensi beralihnya menejemen peternakan menjadi pembiakan.
“Untuk hari raya Idul Adha, Pak Kelana biasanya hanya menyumbangkan beberapa sapinya pada beberapa orang saja. Antara 5 – 7 ekor. Soal kepada siapa sapi itu disumbangkan, Pak Kepana mengerti siapa saja yang berhak diberi sumbangan sapi,” jelas Jonathan.
“Sebenarnya, jika berbicara tentang momen terbaik menjual sapi, sesuai dengan budaya disini adalah ya Idul Adha itu. Tetapi karena sisi jiwa sosialnya Pak Kelana, maka Idul Adha kita tidak jual sapi. Kita hanya menyumbangkan saja,” tuturnya.
Seperti halnya penuturan orang tua dulu, dalam hal peternakan, supaya bisa menahan diri untuk tidak keburu buru menjual hewan ternaknya hingga dalam jumlah tertentu. Dimana dalam jumlah tertentu itu, seorang peternak bisa survive meski ia harus kontrak berlangganan dengan pedagang hewan ternak dan melakukan pengiriman rutin, bisa perminggu atau perbulan.
Dalam peternakan BJ Farm ini, Kelana Aprilianto mempunyai mimpi suatu saat nanti peternakannya bisa menjual sapi-sapinya bisa mencapai 100 ekor perbulan.
“Karena itu Pak Kelana tidak keburu menjual sapi sapinya. Pak Kelana punya mimpi, di peternakan BJ Farm ini nanti bisa setara dengan peternakan Greenfield. Atau paling tidak dibawahnya sedikitlah. Nah modal maupun sumber dayanya untuk kearah sana itu ada,” terang Jonathan.
Sebelum adanya banyak batasan, terutama melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Peternakan BJ Farm mempunyai sapi 522 ekor. Namun karena kebutuhan, Peternakan BJ Farm melepas sebagian sapinya. Kini tinggal 271 ekor.
“Itu kami lakukan agar kami bisa mandiri secara pendanaan, tidak tergantung pada holding, sehingga dana tersebut bisa digunakan untuk kepentingan holding yang lebih baik,” tutur Jonathan.
Jonathan menuturkan, untuk kebutuhan operasional perbulannya, BJ Farm mengeluarkan dana sekitar Rp 480 jutaan untuk 500 ekor sapi dan gaji karyawan sejumlah 20 orang. Soal karyawan BJ Farm merekrut dari warga masyarakat setempat. Hal tersebut dimaksudkan untuk pemberdayaan masyarakat setempat.
Jika Kelana Aprilianto mementingkan untung rugi saja atau efektifitas institusi usaha, bisa saja Kelana Aprilanto mendatangkan pekerja yang profesional dibidangnya.
Namun Kelana Aprianto bukanlah orang yang seperti itu. Kelana lebih mempertimbangkan sisi sosial sebagai representasi jiwa sosialnya yang tinggi. Kelana lebih mempertimbangkan kearifan lokal dengan memperkerjakan warga masyarakat sekitar, untuk pemberdayaan.
Dari situ, kata Jonathan, Kelana Aprilianto akan memadukan semangat kerja keras warga setempat dikolaborasikan dengan menejemen kewirausahaan. Itulah wujud jiwa sosialnya Kelana Aprilianto yang tinggi.
Soal menjual sapi, kalaupun di Peternakan BJ Farm ini, kata Jonathan, itu bukan semata mata mencari keuntungan atau memburu profit. Tetapi itu lebih pada menyeimbangkan jumlah.
“Jadi misalnya ada sapi yang sakit atau kondisinya majer (tidak produktif) meskipun postur dan bobotnya besar, itu harus dijual untuk dibelikan sapi lagi yang produktif. Meski dalam penjualan itu kita dapat untung. Tetapi kita lebih pada keseimbangan jumlah. Karena disini adalah konsepnya pengembangbiakan, bukan penggemukan,” terangnya.
Firasat Bejo Sebagai Peternak Sapi, Sekalian Dinamakan BJ Farm
Pada kesempatan itu, Jonathan menunjukkan sapi jenis limosin yang lahir pertama kali di Peternakan BJ Farm. Ketepatan sapi itu lahir pada tanggal 21 April 2016.
Bagi orang lain, lanjut Jonathan, kelahiran sapi pada tanggal 21 April 2016 itu kedengarannya seperti biasa saja. “Namun bagi kami ini adalah firasat yang baik. Karena sapi yang lahir pertama kali itu lahir bertepatan dengan tanggal kelahiran Pak Kelana, tanggal 21 april. Saya waktu itu sempat nungguhi proses kelahiran sapi itu. Karena lama tidak lahir, akhirnya saya pulang. Sampai di Prigen saya ditelpon Pak Kelana. Beliau ngabari kalau sapinya lahir,” ceritanya mengenang.
Jonathan menambahkan, BJ pada nama BJ Farm itu sebenarnya Bangun Jaya sebagaimana mengikuti nama-nama perusahaan yang bernaung dalam holding company perusahaan Kelana Aprilianto.
Namun bagi Jonathan, seperti halnya sebagian dari budaya orang Jawa, kelahiran sapi pertama dalam memulai usaha peternakan ini, yang sama tanggal dan bulannya dengan hari ulang tahunnya Kelana, diyakini sebagai pertanda baik.
“Yo wes gampangnya, itu kita anggap sebagai pertanda baik gitu aja lah. Nah kemudian, dari mulai usaha pada bulan Oktober 2015 itu awalnya beli sapi 3, terus menyusul beli lagi 10, dan seterusnya hingga sampai saat ini,” kata Jonathan mengenang. (mnr).
Tinggalkan Balasan