3 dari 3 halaman

Narasumber lain yaitu Bhante Jayamedo, yang merupakan Tokoh perwakilan dari Agama Budha. Bercerita tentang kesederhanaa Gus Dur.

“Kesan kami adalah kesederhanaan. Gus Dur hidup selalu sederhana, pakaian sederhana, makan sederhana, kendaraan sederhana. Sebelum jadi presiden beliau sering ke Sydney (Australia), dan disana selalu pakai mobil ummat. Mobil tersebut adalah sebuah mobil van untuk barang. Jadi sebelum dipakai, barang-barang harus diturunkan dan harus dibersihkan dulu, dan itu dibersihkan sendiri oleh Gus Dur,” kenang Bhante.

Wasudewa Battacarya, S.Ag, yang merupakan Tokoh perwakilan Agama Hindu menjelaskan terkait Gus Dur saat bepergian ke Bali.

“Menurut saya bercerita soal Gus Dur, tak dapat dipisahkan dari Bali. Gusdur ketika ke bali lebih sering menginap di Pura. Bukan di Hotel atau Kantor NU misalnya. Itumerupakan pelajaran penting soal keberagaman. Sampai saat ini kita lestarikan itu, bahkan ada satu pura di Bali yang jadi satu dengan langgar. Gusdur memiliki nilai utama yaitu kemanusiaan, apabila kita memuliakan manusia maka dia memuliakan Tuhan begitu juga sebaliknya. Hal itu selaras dg ajaran dalam agama kami,” jelas Wasudewa.

Narasumber lain adalah, Romo Timotius Siga, yang merupakan Tokoh Katolik. Bercerita kesannya pada Gus Dur dan keluarganya.

“Secara Pribadi, saya ketemu Gus Dur belum pernah, tapi bertemu dengan hampir seluruh keluarganya sudah pernah. Gusdur adalah sosok pluralistik inklusif, bahasa jowone awak dewe iki dulur,” kata Romo Siga.

Sementara itu perwakilan Tokoh Agama Kristen, Pendeta Leonard Andrew Immanuel, menjelaskan bahwa Gus Dur merupakan manusia muldimensional.

“Dia seorang tokoh bangsa, budayawan, humoris, dan kredensial dlm keilmuan. Gerakan lintas iman adalah gerakan nalar, karena ada akal sehat, maka gerakan seperti ini bisa terus berjalan. Dan Gus Dur lah yang menjadikan semua ini ada,” tandas Pendeta Leonard.

Sementara itu penjelasan berbeda dikatakan Prof. DR. Zainul Hamdi, MAG, terkait kesan terhadap Gus Dur.

“Gusdur adalah orang besar, tokoh besar yang sanggup menertawakan dirinya. Hanya orang istimewa yang sangup menertawakan dirinya. Dalam menghadapi hal sebesar impeachment misalnya, Gus Dur hanya enteng saja,” kata sosok yang biasa dipanggil Inung itu.

“Saya ada sebuah cerita yang mungkin tak banyak orang tahu. Saat pemakaman Gus Dur, ada 4 nenek-nenek yang berusaha mendekati pemakaman Gus Dur. Mereka berusaha keras mendekat. Saat ditanya mereka sebenarnya siapa, mereka menjawab, Kami adalah mantan gerwani yang apabila tidak dibangunkan rumah oleh Gus Dur mungkin akan menggelandang sampai sekarang,” kenang Inung.

Dalam forum dialog itu juga dihadiri oleh Tokoh Agama Baha’i. Perwakilan dari Agama Baha’i, Susi Susiana mengaku juga sangat terkesan dengan Gus Dur.

“Dalam perayaan hari raya Agama kami, yaitu hari raya Naurus Gus Dur hadir. Dan saat ditanya kenapa beliau membantu bahak’i, Gus Dur hanya menjawab saya tidak membantu Bahak’i, tapi saya hanya meluruskan UUD 1945. Gus Dur bagi kami adalah seorang Negarawan yang sangat mencintai Negeri ini dengan segala keberagamannya,” kata Susi.

Dialog Haul Gus Dur 12 ditutup oleh do’a dari masing masing perwakilan Agama yang hadir. (uzi).