H.Khulaim Junadi, saat mengisi pengajian di salah satu mushollah di Desa Candi Sayangan, Candi, Sidoarjo

Sidoarjo | JATIMONLINE.NET,- H. Khulaim Junaidi, semakin memantapkan diri berdakwah dengan mengisi pengajian- pengajian di Kabupaten Sidoarjo. Anggota FPAN DPRD Jatim ini juga sangat fasih melafadzkan dalil dalil, baik Al Qur’an maupun Hadits Nabi.

Ketika menerangkan sesuatu dan membutuhkan dalil sebagai penguatnya, politisi yang kini mulai mafhum dipanggil ustadz, dan terkadang ada yang memanggilnya Kiai ini, juga mengutip dalil dengan lancar. Nampak sekali kalau H. Khulaim ini bisa ngaji bukanlah sesuatu yang Dadak’an.

Di Mushollah Al Akbar, Desa Candi, Sidoarjo itu, H. Khulaim Junaidi menyampaikan materi pengajian puasa kepada jama’ah, lebih tepatnya kepada konstituennya, pada Jum’at (15/4/2022), sore. Dalam pengajian itu, H. Khulaim, panggilan akrabnya, menerangkan puasa ramadhan sebagai bulan latihan menjadi orang baik dan bermanfaat.

Menurutnya, puasa Ramadhan adalah bulan latihan bagi umat muslim untuk menjadi orang baik dan bermanfaat. Puasa juga bisa menjadi sarana bagi hambanya untuk mendekatkan diri pada Allah.

H. Khulaim menegaskan, puasa itu tidak hanya sekedar menahan makan, minum dan ngumpuli istri, tetapi lebih dari itu, dalam mengerjakan ibadah puasa, seorang muslim juga harus bisa meninggalkan sesutu perbuatan yang tidak ada manfaatnya. “Dalam menjalankan ibadah puasa, tidak hanya perbuatan maksiat yang harus ditinggalkan, tetapi juga mengurangi perbuatan yang tidak ada manfaatnya, misalnya mengurangi omongan-omongan yang tidak ada manfaatnya, ngerasani orang,” terangnya.

Ditambahkannya, perbuatan-perbuatan yang lainya juga harus dihindari. “Misalnya, puasa kok sek seneng ngutil dan mencuri. Perbuatan itu harus ditinggalkan. Termasuk perbuatan yang tidak ada manfaatnya, misalnya Tik Tokan (Tik Tokan joget joget yang mengundang maksiat). Akan lebih baik, kalau dalam menjalankan ibadah puasa, memperbanyak membaca Al Qur’an,” urainya.

Seorang Ustadz sedang membacakan doa, selesai acara pengajian

H. Khulaim menegaskan, Ramadhan sebagai bulan latihan jadi orang baik, menjadi orang yang beriman dan bertaqwa, itu juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari hari setelah nanti sudah ditinggalkan bulan ramadhan. “Jangan sampai setelah Ramadhan ini, setelah melakukan ibadah puasa ini, terus kembali melakukan perbuatan maksiat lagi. Jangan seperti itu. Jadi puasa ramadhan ini minongko sebagai latihan. Setelah kita kuat menjalankan ibadah dengan baik, juga kuat meninggalkan perbuatan maksiat, nah itu yang harus terus dijalankan. Jangan sampai setelah Ramadhan, ibadahnya kendor lagi, maksiatnya kembali dilakukan. Kan sudah tidak bulan ramadhan. Bukan seperti itu maksudnya,” ujarnya.