GUSDURian Peduli Salurkan Bantuan Bagi Korban Pembantaian di Sigi, Temuan GUSDURian Bukan Konflik Agama
Sigi | JATIMONLINE.NET,- Pada sabtu (19/12/2020) GUSDURian Peduli datang ke desa Lemban Tongoa, kecamatan Palolo, kabupaten Sigi. Tujuan utama kedatangan lembaga filantropi milik Jaringan GUSDURian itu untuk mengklarikasi beredarnya isu di masyarakat bahwa pembunuhan di Sigi adalah konflik agama.
Pada kesempatan itu GUSDURian juga menyalurkan bantuan bagi masyarakat di desa Lemban Tongoa khususnya untuk keluarga korban pembunuhan pada 27 November 2020 silam dan warga lain di desa Lemban Tongoa yang terdampak.
Perjalanan darat memakan waktu kurang lebih empat jam dari kota Palu. Melewati hutan sepanjang 16 km dengan kondisi jalan yang longsor di beberapa titik. Tim GUSDURian Peduli sampai di dusun Lewono atau SP 2 tahap 1, tempat di mana empat orang warga desa tersebut dibantai secara sadis oleh sekelompok teroris.
Pasca tragedi berdarah itu, kini tak ada satupun warga yang tinggal di sana. Mereka masih trauma dan ketakutan untuk kembali ke rumah. Hanya ada beberapa anggota Brimob dari Satgas Tinombala yang berjaga di dusun tersebut.
Setelah melihat langsung kondisi lokasi pembunuhan di rumah almarhum Naka dan Pedi, Tim langsung ke rumah almarhum Yasa dan Pinu. Juga mendatangi rumah-rumah warga lainnya yang turut dibakar. Setelah itu Tim GUSDURian Peduli menemui Satgas Tinombala yang sedang berjaga di Pos Keamanan yang letaknya persis di tengah perkampungan tersebut. Lokasi yang dijadikan Pos Keamanan tersebut adalah rumah yang juga terbakar milik Pak Ifan, seorang warga muslim.
GUSDURian Peduli menyerahkan bantuan Multivitamin, Obat dan Masker untuk Satgas Tinombala agar tetap sehat dan prima dalam menjalankan tugas beratnya menjaga keamanan warga.
Bukan Konflik Agama
Sementara itu, menurut Kepala Desa Lemban Tongoa, Deki Basalulu, menyatakan bahwa peristiwa pembunuhan tersebut murni kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh teroris.
“Tidak ada kaitannya dengan agama. Gangguan keamanan dari para teroris ini sudah terjadi sejak 2017 silam. Beberapa kali warga pernah disandera, diintimidasi dan diambil barangnya,” kata Kepala Desa.
Menurutnya, meskipun warganya mayoritas beragama Kristen tapi hubungan antar umat beragama di desanya sangat rukun. “Sejak desa ini ada pada tahun 1983 tidak pernah ada konflik antar agama. Salah besar jika peristiwa pembunuhan ini dikaitkan dengan agama. Karena menurut saya pembunuh ini bukan orang beragama,” imbuhnya.
Warga di desa ini mayoritas dari suku Kaili Da’a, tapi juga banyak dari suku Toraja, Kulawi, Bugis dan Jawa. Di desa Lemban Tongoa, jika warga muslim sedang merayakan hari besar, maka tokoh-tokoh warga Kristen diundang dan di beri tempat terhormat di barisan paling depan. Begitupun jika warga Kristen sedang merayakan hari besar mereka, tokoh-tokoh umat Islam diundang dan dijamu layaknya tamu VIP.
Seperti halnya waktu kejadian pembunuhan pada 27 November 2020 lalu. Meskipun korbannya warga Kristen, tapi yang menggali kuburnya warga Muslim. Begitupun saat memasak di dapur untuk kedukaan, warga muslim banyak yang terlibat membantu. Yang membedakan kami hanya menu makanannya, berikut tempatnya. Untuk warga Muslim diberi tempat khusus dengan menu yang dihalalkan secara Islam. Begitupun untuk yang Kristen diberi tempat khusus dan menu yang bukan pantangan bagi mereka.
Tim GUSDURian Peduli terdiri dari A’ak Abdullah Al-Kudus dan Yuska Harimurti menyerahkan bantuan berupa Multivitamin, Obat-obatan, Masker dan lain sebagainya yang diterima langsung oleh Kepala Desa Lemban Tongoa. Menurut A’ak, sesuai dengan permintaan dan kebutuhan warga, pihaknya selanjutnya akan membantu warga desa Lemban Tongoa dengan penyediaan layanan internet, balai belajar untuk anak-anak dan bantuan paket sembako.
“Jaringan internet sangat dibutuhkan di desa ini agar tidak terisolir dari dunia luar, khususnya untuk memfasilitasi anak-anak sekolah agar bisa mengikuti proses belajar daring,” kata A’ak. (red).
Tinggalkan Balasan