Gegara Aliran Sesat, Desa Cobanblimbing, Wonorejo, Pasuruan yang Biasanya Adem Ayem Mendadak Terkenal
KH. Kholil Nafis, Ketua MUI Pusat saat diwawancarai TV One, menyayangkan bagi mereka warga Pasuruan yang masuk aliran yang menyimpang dari syari’at Islam itu. Kiai yang juga alumni Ponpes Sidogiri Pasuruan itu berharap warga masyarakat sekitar tidak mengusir warga yang masuk aliran sesat itu. “Lebih baik warga yang masuk aliran sesat itu jangan diusir, namun harus dibimbing untuk kembali kejalan yang benar, kembali ke syariat Islam yang benar,” ujarnya.
KH. Kholil Nafis berpendapat, apa yang dilakukan beberapa warga Pasuruan tersebut, lebih tepatnya adalah kebodohan. Karena ketidak tahuannya sehingga ia memperoleh pemahaman yang oleh banyak orang dikatakan sebagai menyimpang. “Mempunyai pemahaman yang menyimpang bukan dalam arti ia membuat aliran sendiri, namun karena kebodohan, yaitu cara memahami alQuran dengan tanpa guru,” ujarnya.
Seperti diketahui, kelompok masyarakat di Pasuruan itu mempunyai pemahaman yang meresahkan warga masyarakat sekitar yaitu, ia percaya Al-Quran namun tidak percaya hadits nabi. Ia juga berpendapat, dalam memahami Al-Quran tidak perlu lewat guru, tetapi langsung berkomunikasi dengan Allah.
Ia juga berkeyakinan, membaca dua kalimat syahadat bukan menjadi saratnya masuk Islam. Ia juga tidak mempercayai adanya rukun Islam dan rukun iman. Namun kelompok aliran ini juga melakukan sholat dan puasa seperti kebanyakan orang Islam pada umumnya.
Setyo Utomo, alamat Krajan RT 001, RW 003 Desa Jatigunting, Kecamatan Wonorejo, Pasuruan. Frangky Sirojul Huda Kholil, mahasiswa, alamat Dusun Krajan tengah, RT 01, RW 03, Desa Sengonagung, Kec. Purwosari, Pasuruan.
Ada juga warga Desa Cobanblimbing, yaitu Nurhayati, alamat Dusun Cobansari RT 001, RW 001, Desa Cobanblimbing, Kecamatan Wonorejo, Pasuruan. Risca Aisyah Putri, Dusun Cobansari RT 001 RW 001, Desa Cobanblimbing, Kecamatan Wonorejo, Pasuruan. Bersambung. (mnr).
Tinggalkan Balasan