2 dari 2 halaman
Mohamammad Romi, salah satu penanya dalam Duskusi Wawasan Kebangsaan

“Saya kira penting sekali untuk senantiasa memupuk wawasan kebangsaan kita. Karena hari ini masih saja ada orang yang berteriak -teriak ingin merubah dasar negara kita, mereka itu orang-orang yang baru datang, tidak ikut berjuang membebaskan negara kita dari penjajahan, tiba-tiba mereka yang baru datang itu menyalah nyalahkan semua tatanan yang sudah ada. Merasa paling pinter, negara ini harus dirubah, akhirnya mendatangkan konflik, dan ini kalau dibiarkan bisa membahayakan Indonesia,” ujar Dr. Mahir.

Salah seorang penanya, Mohammad Romi menanyakan bedanya Tolak Islam radikal dan Islamophobia. Ia mencontohkan kepemimpinan Presiden-presiden terdahulu yang menekankan kewaspadaan terhadap bahaya komunisme. Hal itu ia maklumi mengingat karena komunis pernah melakukan pengkhianatan terhadap NKRI dengan melakukan pemberontakan dan berusaha ingin merubah haluan negara. “Nah sekarang ini sudah tidak kita dengar, hati-hati dengan komunis. Sekarang isunya telah berubah, menjadi hati hati dengan Islam radikal. Mohon maaf, saya ini orang tua saya Islam. Saya ini sejak dulu dididik orang tua saya, Islam ya Islam. Tidak ada Islam radikal. Kalau disebut kelompok radikal gitu saja, oke saya terima. Tapi kalau disebut Islam radikal, ini perih saya,” ujar Mohanmad Romi, yang akrab disapa Bung Romi ini dengan nada tinggi.

Kalau ada orang atau kelompok yang melakukan tindakan kriminal atau kejahatan yang melanggar NKRI, lanjutnya, supaya jangan dikait kaitkan dengan Islam. “Sebut saja dengan kelompok radikal. Gitu saja. Akibat dari kecurigaan yang berlebih terhadap satu kelompok yang dianggap Islam radikal ini. Akibat kecurigaan yang berlebih ini, terus ada lafadz la Ilaha illahi terus dikait kaitkan dengan Islam radikal, sedih saya. Loh, kalimat la Ilaha illahu itu adalah kalimat yang indah, yang bila diucapkan seorang muslim diakhir hayatnya. Kok sekarang dikait-kaitkan dengan radikalisme. Nah yang saya tanyakan pada bapak Nara sumber, apa bedanya Islam radikal dengan islamophobiah?,” tanya Bung Romi.

Sementara itu, Dr. Mahir menjawab, Islam radikal itu adalah kelompok Islam yang pemahamannya menyalah nyalahkan kelompok Islam yang lain. “Nah, kalau Islamnya NU dan Muhammadiyah itu tidak menyalah nyalahkan kelompok Islam yang lain dalam hal menjalankan ajarannya. Walaupun berbeda tapi dirangkai dalam keharmonisan. Nah kalau menyalah nyalahkan kelompok yang lain, apalagi sampai mengkafir kafirkan kelompok Islam yang lain, itulah awal dari perpecahan. Karena kalau menyebut kelompok Islam yang lainnya sebagai kelompok yang kafir, terusannya akhirnya boleh dibunuh. Nah itulah benih-benih timbulnya radikalisme yang bisa menyebabkan konflik seperti di negara-negara Timur Tengah,” jawab Dr. Mahir. (mnr).