Bung Hatta Tak Mampu Bayar Listrik: Kisah Kesederhanaan Seorang Proklamator
Kisah Inspiratif | JATIMONLINE.NET,- Siapa sangka, di balik gelar Proklamator dan Wakil Presiden pertama Indonesia, Bung Hatta pernah mengalami masa sulit hingga tak sanggup membayar tagihan listrik rumahnya? Kisah ini bukan dongeng, tapi potret nyata tentang integritas dan kesederhanaan yang luar biasa dari seorang tokoh bangsa.
Setelah mengundurkan diri dari jabatan, Bung Hatta menjalani hari-harinya seperti rakyat biasa. Ia tak memiliki harta berlimpah, apalagi penghasilan besar. Suatu ketika, ia terkejut melihat tagihan listrik yang datang. Nominalnya cukup besar bagi seorang pensiunan seperti dirinya. Bung Hatta hanya bisa menghela napas—gaji pensiunnya tak cukup untuk menutupinya.
Putrinya, Halida, sempat mengusulkan sesuatu yang mengharukan. Ia berkata, “Bagaimana kalau kita letakkan saja kotak sumbangan di ruang tamu?” Sebuah ide yang mungkin terdengar lucu, tapi menunjukkan betapa terhimpitnya kondisi keuangan keluarga Bung Hatta saat itu. Namun tentu saja, Bung Hatta tak ingin menjual martabatnya.
Kabar tentang kesulitan Bung Hatta sampai ke telinga Sekretaris Negara saat itu, Abdul Karim Pringgodigdo. Ia pun mengusulkan kenaikan gaji pensiun Bung Hatta kepada Presiden dan kabinet. Usul itu akhirnya disetujui, namun Bung Hatta tetap merasa tak enak hati menerima perhatian sebesar itu.
Suatu hari, ia menulis surat pribadi kepada Gubernur Jakarta saat itu, Ali Sadikin. Dalam surat itu, Bung Hatta tidak meminta keringanan atau bantuan. Ia justru memohon agar tagihan listriknya langsung dipotong dari gaji pensiunnya setiap bulan. Baginya, kewajiban tetap harus dipenuhi, meski dalam keterbatasan.
Bang Ali begitu tersentuh membaca surat itu. Ia tahu, Bung Hatta bukan orang sembarangan. Lalu ia menginstruksikan agar rumah Bung Hatta dibebaskan dari tagihan listrik dan air, bahkan Pajak Bumi dan Bangunan pun ditiadakan. Bukan karena kasihan, tapi sebagai bentuk penghormatan atas integritas yang tak tergoyahkan.
Yang paling menggetarkan, Bung Hatta pernah menolak tawaran menjadi komisaris di sebuah perusahaan besar. Padahal, tawaran itu datang dengan gaji besar dan fasilitas mewah. Tapi ia menolaknya dengan alasan: “Saya tidak ingin diperalat untuk kepentingan yang bukan untuk rakyat.” Sebuah kalimat yang kini langka terdengar dari pemimpin mana pun.
Kisah Bung Hatta ini bukan sekadar cerita sejarah. Ini adalah cermin untuk bangsa—tentang kejujuran, tanggung jawab, dan keteladanan sejati. Di saat banyak orang berlomba mengejar kekuasaan dan kemewahan, Bung Hatta memilih jalan sunyi: hidup sederhana, tapi penuh kehormatan.
Selengkapnya kisah ini bisa anda tonton di link youtube KLIK DISINI
Tinggalkan Balasan