Berkomitmen Bersihkan Sampah Kelaut, BUMDES MA Lekok Asri, Kelola Sampah Masyarakat Lekok, Pasuruan
Pasuruan | JATIMONLINE.NET,- Kecamatan Lekok, Pasuruan terkenal dengan kebocoran sampah plastik yang mengalir kemuara laut. Tepatnya di Desa Tambak, sepanjang aliran sungai yang bermuara kelaut itu dipenuhi oleh sampah plastik dan lain lain, sehingga menyebabkan sungai berbau busuk.
Untuk mengatasi itu semua, Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan, melalui BUMDES MA (Badan Usaha Milik Desa Bersama) Lekok Asri, bekerja sama dengan PT. Systemiq dalam bentuk projek Stop, mengelola sampah palstik tersebut agar kebocorannya tidak mengotori laut.
Projek Stop ini juga didukung oleh PT. Nestle dan beberapa perusahaan lain. Beberapa mitra strategis dalam projek Stop pengelolahan sampah tersebut adalah Borealis, Norwegia, Nova Chemical, Borouge dan Siegwerk.
Menurut Mohammad Suaibi, Direktur BUMDES MA Lekok Asri, hingga saat ini, BUMDES MA Lekok Asri telah mengelola sampah volume sampah di Kecamatan Lekok, dikerkirakan ada 23,3 ton/hari. Namun yang sudah masuk dan dikelola BUMDES MA sebanyak 16 ton/Minggu,” tutur Mohammad Suaibi.
BUMDES MA Lekok Asri ini, kata Suaibi, panggilan akrab Mohammad Suaibi, telah beroperasi sejak 2 November 2020 kemarin. Targetnya, semua sampah warga masyarakat Lekok ini akan dikelola oleh BUMDES MA Lekok Asri. Namun sampai hari ini, kata Suaibi, ada 8 desa yang bermitra dengan BUMDES MA Lekok Asri.
“Dimulai dari dua desa percontohan, bertambah jadi lima desa. Dan kini menjadi delapan desa yang telah bermitra dengan BUMDES MA Lekok Asri untuk pengelolaan sampah. Targetnya, pada bulan Maret ini semua desa yang ada di Kecamatan Lekok ini sampahnya akan dikelola oleh BUMDES MA Lekok Asri.
Soal pengelolaan sampah memang bukan persoalan sederhana. Dari kebiasaan membuang sampah secara sembarangan, kini harus diatur supaya membuang sampah ditempat yang telah disediakan.
Diperlukan waktu untuk mengedukasi masyarakat, membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya membuang sampah ditempat yang telah disediakan. Atau tidak dibuang sembarangan.
Diakui oleh Suaibi, dengan beroperasinya BUMDES MA Lekok Asri ini, cukup membantu mengurangi sampah plastik yang bocor kelaut. Dulu, lanjutnya, sebelum BUNDES MA berdiri, warga masyarakat Lekok membuang sampahnya secara sembarangan.
“Ada yang dibuang dijalan. Dibuang ke sungai dan ke laut. Dan saat ini, pembuangan sampah disembarangan tempat itu kini mulai berkurang,” tutur Suaibi.
“Di Desa Jatirejo itu misalnya membuang sampahnya di laut. Ada yang di bakar. Hari ini kita mulai perubahan perilaku. Pada desa yang menjadi mitra BUMDES MA Lekok Asri, kita telah memberikan tong sampah pada tiap KK untuk tempat pembuangan sampah.” Tuturnya.
Meski diberikan 2 tong per KK, namun dalam prakteknya warga masyarakat masih belum terbiasa membuang sampah dorong sampah itu secara memilah. “Ya tetapi itu kita maklumi lah. Kita kan masih baru memulai. Kita tidak bisa menuntut masyarakat secara berlebih. Kita perlu tahapan soal itu. Biasanya, untuk pengambilan sampah, 70 % masuk kategori residu dan diberikan ke DLH. Sedangkan 30 % yang bisa dikelola untuk dijual.” Ujarnya.
Dengan demikian, dari hasil pengolahan sampah yang diperoleh oleh BUMDES MA Lekok Asri, masih belum cukup untuk membiayai operasional dan gaji karyawan.
Untuk saat ini, pengambilan sampah yang bisa dikelola oleh BUMDES MA Lekok Asri sudah cukup lumayan. Untuk tiap pengambilan dan pemilahan sudah mencapai 50 % residu, dan 50 % sampah plastik.
Disamping bermanfaat mengurangi volume sampah yang mengotori lingkungan, BUMDES MA Lekok Asri ini juga bermanfaat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Hingga saat ini ada 42 karyawan yang ikut mengais rejeki melalui BUMDES MA Lekok Asri ini.
Soal masih belum mencukupi pendapatan BUMDES MA untuk memenuhi biaya operasional dan gaji karyawan, Suaibi menjelaskan, saat ini masih dibantu oleh Projek Stop untuk mencukupi kebutuhan BUMDED MA Lekok Asri. (mnr).
Tinggalkan Balasan