Berbulan-Bulan Tidak Ada Omset, Pelaku Pariwisata Di Jawa Timur Ingin Wadul Gubernur
Sidoarjo,- Pandemi covid-19 berdampak pada semua aspek sendi-sendi perekonomian masyarakat. Tak terkecuali pelaku pariwisata yang ada di Jawa Timur.
Adalah Citra Pariwisata Indonesia (CPI) yang selama ini berkecimpung dalam dunia pariwisata bagai mengalami pukulan telak dengan datangnya virus corona.
Organisasi yang menaungi seluruh insan yang memiliki usaha dalam bidang pariwisata itu cerita panjang lebar pada Jatim Online.
CPI terdiri dari pengusaha tour and travel, PO Bus Pariwisata, Rumah Makan, Destinasi Wisata, pusat oleh-oleh, dll, semuanya terdampak akibat pandemi covid-19.
“Yang kami alami bukan lagi penurunan omset, tapi tidak ada omset sama sekali alias nol. Dan itu terjadi sejak bulan Maret 2020 yang lalu,” kata Ketua CPI, Triatmo Sri Danardono.
Sosok yang akrab dipanggil Danar itu menambahkan, seluruh pihak yang tergabung dalam CPI ingin wadul ke Gubernur terkait persoalan di atas. Karena sampai hari ini, saat gaung new normal di mana-mana, destinasi wisata masih banyak yang tutup, otomatis semua pelaku pariwisata hancur lebur. Menurutnya, tutupnya destinasi wisata terkait dengan ijin buka yang masih belum sepenuhnya diperbolehkan.
“Pasar tradisional saja boleh buka, padahal disitu terjadi kerumunan tiap harinya. Kenapa destinasi wisata belum boleh buka, padahal kita dalam membawa rombongan justru lebih bisa kita arahkan, karena mulai dari berangkat sampai lokasi tujuan, sampai pulang pun ada tim yang mendampingi terus dan mengarahkan. Bukan kita ingin bebas, asal usaha bisa jalan, kita pun bersedia kok menerapkan standar protokol kesehatan dari Pemerintah,” jelas Danar.
Harapan CPI agar bisa bertemu Gubernur Jatim agar menemukan solusi bagi semuanya.
Sementara itu di tempat yang sama, pemilik PO. Bus Solaris Jaya, Aris, menuturkan selama pandemi ini kondisi PO nya sama dengan yang dialami Danar. Artinya selama beberapa bulan tidak ada omset sama sekali yang dia dapat.
“Sejak maret sudah tidak ada order sama sekali mas. Padahal ada beberapa bus saya yang masih mengangsur. Rata-rata PO Bus seperti itu. Repotnya tidak semua lembaga yang memberi pinjaman mau memberi keringanan seperti anjuran Presiden,” keluh Aris.
Aris menambahkan, saat era new normal ini juga banyak batasan yang membuat usahanya susah untuk bergerak. Misalnya penumpang harus membawa surat non reaktif hasil rapid tes. Hal itu menjadikan orang malas untuk bepergian menggunakan bus. Karena rapid tes tidak murah, disamping itu ada masa berlakunya.
“Harapan saya semoga kami (tergabung dalam CPI) bisa bertemu dengan Gubernur Jawa Timur Ibu Khofifah. Agar kami bisa mendapatkan solusi terbaik,” kata Aris.
Baik Danar maupun Aris mengatakan selama pandemi covid-19, dan selama usahanya dan seluruh teman-teman pelaku pariwisata terhenti, tidak pernah ada bantuan apapun dari pemerintah. (uzi).
Tinggalkan Balasan