Asosiasi HIAS Tetap Fokus Garap Masker, Di Tengah Kabar Miring Perubahan Harga Masker
Pasuruan,- Isu perubahan harga satuan pengadaan masker di Kabupaten Pasuruan semakin kuat ke publik. Dari harga semula Rp 3500/buah masker menjadi Rp 4500/buah masker. Seperti dikutip dari radar Bromo, bahwa perubahan harga masker itu, menurut khasani, perubahan harga itu dilakukan karena UKM kesulitan mengerjakan masker dengan harga Rp 3500.
Disamping juga karena adanya PSBB di beberapa daerah seperti Surabaya dan Semarang, yang menyebabkan UKM kesulitan mendapatkan barang untuk bahan masker, harga bahanjuga naik.
Sementara itu, H. Ridwan, Ketua Asosiasi HIAS ketika dikonfirmasi media ini menandaskan kalau ia mengetahui soal rencana adannya perubahan harga itu. Ia juga merasa bersyukur kalau ada perubahan harga masker.
Namun ketika dikemudian hari dikonfirmasi lagi untuk mengetahui kejelasan harga itu apa benar-benar ada perubahan H. Ridwan yang juga pengusaha konfeksi Ridzil Jaya Utama Legok Gempol Pasuruan itu menjawab dengan diplomatis.
“Wah saya lagi tidak dalam fokus soal perubahan harga masker mas. Saya lagi fokus mengerjakan masker ini supaya bisa cepat selesai, agar bisa memberi manfaat kepada masyarakat di Kabupaten Pasuruan,” pungkas pengusaha konfeksi dibidang pengerjaan celana sport dan trining ini.
Seperti diketahui, HIAS adalah Himpunan Asosiasi, yang didalamnya beragam usaha IKM (Industri Kecil Menengah) dan UKM (Usaha Kecil Menengah). Tidak hanya perkumpulan para UKM konfeksi yang bernaung di dalam HIAS, tetapi beragam usaha dan indutri kecil.
Beberapa usaha dalam wadah HIAS itu. Kata H. Ridwan, ada Fokus (forum komunikasi) yang didalamnya ada usaha kopi, mamin (makanan dan minuman).
Juga ada asosiasi Mamin, ada asosiasi bordil, asosiasi perak, asosiasi kulit, craft, ATBM (ayunan atau menjahit pakai tangan/ seperti produksi keset, Asosiasi pengrajin boneka, ada AP3 (Asosiasi Pengelola Produk Perikanan) dan lain-lain.
Bagaimana cara Pak Ridwan memberi pekerjaan kepada teman teman Asosiasi yang tidak hanya berlatar belakang penjahit, yang tergabung dalam HIAS?
“Ada yang mau mengerjakan sendiri tetapi dengan cara kita mengajari sampai bisa menjahit dengan baik dan rajin. Ada pula yang diberikan kepada tetangganya,” terang H. Ridwan.
Untuk soal upah menjahit, kami melalui kesepakatan mematok harga Rp 1000. “Sedangkan bagi koordinator yang tidak menjahit sendiri atau disalurkan kepada tetangganya, kami mematok dengan harga minimal Rp 700 per satu buah garapan jahit masker. Kita harus memakluminya karena kordinator itu harus berkeliling kepelosok-pelosok untuk mengunjungi penjahit yang hari ini kehilangan mata pencaharian akibat dampak covid – 19. Belum nanti kalau harus membantu arahan agar pekerjaan itu sesuai pesanan,” terang H. Ridwan, memangkas isu miring soal pekerjaan masker itu dipihak ketigakan.
Hingga saat ini, HIAS sudah mengirimkan garapan masker yang sudah selesai sekitar 300 ribu lebih. “Ini sudah siap kirim lagi, dengan jumlah yang kemarin sudah terkirim, jadinya 500 ribu lebih masker,” terangnya.
Sementara itu dibagian lain, Didik, anggota AP3 (Asosiasi Produk Pengelolaan Perikanan) dari Bangil yang tergabung dalam HIAS menyatakan pada media ini ia tidak tahu menahu soal perubahan harga yang sedang ramai di media.
Ia juga menjelaskan, dalam hal pengerjaan masker dari HIAS itu bukan langsung dikerjakan oleh dirinya, melainkan dikerjakan oleh tetangganya. (mnr).
Tinggalkan Balasan