Alissa Wahid, Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian saat meresmikan Huntara bagi korban erupsi Gunung Semeru.

Lumajang | JATIMONLINE.NET,- Minggu pagi (10/4) di areal relokasi Erupsi Semeru di desa Sumbermujur, kecamatan Candipuro, kabupaten Lumajang, Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian Alissa Wahid meresmikan Hunian Sementara (Huntara) yang dibangun oleh GUSDURian Peduli yang ditandai dengan pemotongan pita.

Dalam kegiatan tersebut, Putri sulung presiden republik Indonesia keempat ini didampingi oleh ketua GUSDURian Peduli A’ak Abdullah Al-Kudus dan Yuska Harimurti, Direktur Pusat Studi dan Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, Ketua PBNU Savic Ali, dan disaksikan oleh puluhan relawan GUSDURian Peduli, relawan LPBI NU kabupaten Lumajang dan beberapa orang warga.

Alissa Wahid menyampaikan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada semua relawan GUSDURian Peduli yang sudah empat bulan membantu warga terdampak erupsi Semeru, serta membangun Huntara. Perempuan yang juga menjadi salah satu ketua PBNU itu berharap agar Huntara bisa segera ditempati oleh penyintas.

Senada dengan Alissa Wahid, Direktur Pusat Studi dan Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, menyayangkan kebijakan pemerintah Kabupaten Lumajang yang belum membolehkan para penyintas untuk menempati Huntara yang sudah selesai dibangun.

“Gerak cepat Pemkab Lumajang dalam membangun huntap, dan semangat lembaga kemanusiaan untuk mewujudkan huntara, sayangnya belum diikuti oleh regulasi penempatan yang baik. Sudah sewajarnya bila penyintas segera diijinkan menempati huntara tersebut,” harapnya.

Ketua Umum GUSDURian Peduli, A’ak Abdullah Al-Kudus menegaskan bahwa saat ini pihaknya memutuskan untuk menghentikan pembangunan Huntara di angka 44 unit, dari total 100 unit yang direncanakan.

Di Lumajang saat ini Hunian Tetap sudah dibangun. Namun sayangnya pemerintah Lumajang belum memperbolehkan huntara yang sudah selesai dibangun ditempati oleh penyintas.

“Jadi kami menyimpulkan bahwa membangun huntara di Semeru sudah tidak relevan lagi,” tegas Gus A’ak.

Lebih lanjut GUSDURian Peduli akan menggunakan sisa sumberdaya yang dimiliki untuk membantu warga memulihkan penghidupan mereka. Bukan hanya warga penyintas tapi juga warga yang terdampak oleh pembangunan areal relokasi.

“Ke depan, kami memilih untuk membantu pemulihan ekonomi warga,” tutup Gus A’ak. (red).