Rumah Terapi Kesehatan Harus Banyak Menanam Tanaman Obat
Pasuruan | JATIMONLINE.NET,- Yayasan Alam Rimba Raya Mulai Kemarin 25 Agustus 2024 hingga 31 Agustus 2024 menyelenggarakan Bazar Tanaman Obat Dalam Rangka HUT Kemerdekaan RI yang ke-79 di Kebun Rumah Terapi Kesehatan, Desa Sumur Gemuling, Desa Kenep, Beji, Pasuruan.
Ali Sodikin, Ketua Yayasan Alam Rimba Raya menjelaskan, sebagai pengelola Rumah Terapi Kesehatan, sangat ditekankan untuk menanam dan mengelola tanaman obat sendiri di area sekitar Rumah Terapi Kesehatan.
Ada banyak jenis tanaman obat yang ditanam oleh Yayasan Alam Rimba Raya untuk. “Dulu saya menanam tanaman obat sekitar 100 lebih jenis tanaman. Hampir semua tanaman obat kelihatan sepele, seperti tanaman yang tumbuh liar dilapangan maupun di jalan-jalan yang dikira masyarakat tidak bernilai,” terang Ali Sodikin.
Bagi warga masyarakat biasa, tanaman obat herbal itu dianggap seperti sepele saja. “Bahkan saya pernah menanam tanaman putri malu hingga suket teki, sebuah tanaman yang tumbuh liar dipinggir jalan atau di alam terbuka yang dipandang sepele oleh masyarakat,” tambah Ali Sodikin.
Namun, lanjutnya, dalam perjalanannya, tidak semua jenis tanaman obat itu bisa tumbuh di kebun rumah terapi Yayasan Rimba. Sebagian yang tidak bisa dibudidaya dikebun Rumah Terapi Kesehatan itu, ditanam di gunung karena membutuhkan hawa yang sejuk dan dingin.
Sementara itu, Yudi, terapis Yayasan Alam Rimba Raya menjelaskan, ada banyak obat herbal yang diproduksi oleh Yayasan Alam Rimba Raya ini. Mulai dari obat untuk sakit panas, asam urat, kolesterol, darah tinggi, paru-baru dan lain lain. Yudi menambahkan, untuk keperluan pengobatan, Yayasan Alam Rimba Raya hampir tiap bulan memproduksi obat herbal.
Dari sekian penjelasan seputar tanaman obat herbal itu, ada prospek ekonomi yang bisa diraih masyarakat dengan menanam sendiri tanaman obat herbal maupun mengelolanya. karena itu Yayasan Alam Rimba Raya menyelenggarakan Bazar Tanaman Obat.
Dari bazar itu, diharapkan warga masyarakat belajar tentang berbagai jenis tanaman obat dan kegunaannya, serta bagaimana cara mengelolanya. Diantara sekian ramuan obat herbal itu, menurut Yudi, yang bisa diproduksi dan menarik untuk dijual di warung warung atau toko adalah teh herbal.
Yudi menambahkan, teh yang tidak bisa diseduh dengan gula sembarangan, menjadi kendala jika dipasarkan secara umum. “Ya, kendala pemasaran teh herbal itu tidak bisa diminum dengan sembarang gula. Teh herbal yang tidak bisa diseduh dengan rasa manis memang kurang disukai masyarakat.
“Kalau ramuan teh herbal yang berfungsi sebagai obat, saran saya jangan diminum pakai gula biasa, gula yang diproduksi oleh pabrik karena itu sudah tidak murni lagi. kami menyarankan supaya pakai gula yang diproduksi dari jenis tanaman herbal seperti tanaman Stevia,” ujar Yudi sambil menunjukkan tanaman Stevia.
Tanaman Stevia ini lagi dikembangkan di Yayasan Alam Rimba Raya ini. “Dari tanaman Stevia ini bisa diproduksi sebagai gula herbal karena tanaman tersebut rasnya manis kalau disuling. Ya memang dibutuhkan banyak tanaman Stevia Jika digunakan sebagai gula,” terang Yudi.
Sampai hari ini, lanjut Yudi, hanya satu perusahaan yang memproduksi gula herbal berbahan tanaman Stevia.
“Cara memproduksi gula herbal berbahan tanaman stevia itu ya harus alami. Dan, bagi penikmat teh herbal supaya tetap berkhasiat sebagai obat, jika menginginkan ada rasa manisnya, ya gulanya harus gula herbal pula, yang berasal dari tanaman Stevia,” ujar Yudi. (mnr).
Tinggalkan Balasan