Internasional | JATIMONLINE.NET,-Kemiskinan merupakan masalah sosial yang selalu ada di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Beberapa negara mengalami kemiskinan yang sangat parah hingga disebut sebagai negara termiskin di dunia. Salah satu contohnya adalah Burundi, yang dikenal sebagai negara termiskin di dunia.

Burundi adalah negara kecil yang terletak di benua Afrika bagian timur. Dengan luas wilayah sekitar 28 ribu kilometer persegi, Burundi memiliki ukuran yang relatif sempit dibandingkan dengan negara-negara lain di benua Afrika. Secara geografis, negara ini berada di dataran tinggi, dengan titik terendahnya adalah Danau Tanganyika yang terletak pada ketinggian 772 meter di atas permukaan laut. Titik tertinggi Burundi adalah puncak Gunung Heha, yang mencapai ketinggian 2.670 meter di atas permukaan laut.

Negara ini tidak memiliki akses ke laut dan dikelilingi oleh daratan yang berbatasan dengan Rwanda, Tanzania, dan Republik Demokrasi Kongo. Burundi dulunya merupakan wilayah kekuasaan Jerman pada masa Perang Dunia II, sebelum beralih ke tangan Belgia setelah perang berakhir. Burundi kemudian meraih kemerdekaannya pada tahun 1962.

Sayangnya, kemerdekaan Burundi tidak membawa kedamaian. Konflik antar suku yang berkepanjangan segera meletus setelah kemerdekaan. Dua suku besar di Burundi, Hutu dan Tutsi, saling berebut kekuasaan, yang mengarah pada genosida. Presiden pertama Burundi, Pierre Buyoya, yang berasal dari suku Tutsi, melakukan pembantaian terhadap suku Hutu.

Kondisi ini berlanjut hingga tahun 1993, ketika terjadi kudeta oleh Melchior Ndadaye, seorang pemimpin dari suku Hutu. Setelah Ndadaye berkuasa, pembalasan terhadap suku Tutsi terjadi, yang mengakibatkan sekitar 300 ribu orang dari suku Tutsi tewas, menurut catatan PBB. Konflik ini mempengaruhi kesejahteraan rakyat dan berakhir dengan perjanjian damai yang ditandatangani di Arusha, Tanzania.

Namun, meskipun perjanjian damai telah dicapai, konflik kembali terjadi pada tahun 2008. Presiden Pierre Nkurunziza berniat mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga, yang bertentangan dengan konstitusi negara. Tindakannya ini menyebabkan ketidakpuasan masyarakat, yang mengarah pada tindakan represif termasuk penangkapan dan pembunuhan.

Kebijakan tersebut memicu kudeta militer oleh Jenderal Godefroid Niyombare, yang melawan Presiden Nkurunziza. Ketegangan dan konflik kembali meningkat di Burundi, memperburuk keadaan sosial dan ekonomi negara tersebut. Konflik berkepanjangan ini secara signifikan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.

Kondisi ekonomi Burundi sangat buruk. Berdasarkan data World Bank, PDB per kapita negara ini hanya mencapai US$ 221,5, atau sekitar Rp 3,32 juta. Angka ini mencerminkan betapa sulitnya kehidupan sehari-hari bagi penduduk Burundi dan menunjukkan dampak dari konflik dan ketidakstabilan yang berkepanjangan terhadap ekonomi negara. (red).