Jalan Desa Ditimbuni Sampah, Warga Desa Tutur, Pasuruan Ngamuk Buang Sampah Ke Jalan
Pasuruan,- Warga Desa Kayukebek, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan mengamuk dan membuang puluhan kubik sampah ke jalan-jalan utama di Kecamatan Tutur, hingga di depan Kantor Kecamatan Tutur, Pasuruan. Ada sekitar 100 an warga desa dengan membawa sekitar 16 pick up dimuati sampah untuk kemudian dibuang, dihambur-hamburkan di pinggir pinggir jalan, pada Jum’at (03/04/2020) kemarin.
Diduga, kemarahan warga itu dipicu oleh tumpukan sampah yang menutupi jalan utama menuju Desa Kayukebek, Tutur. Bau sampah yang busuk dan pemandangan yang tidak enak, menyebabkan kemarahan warga Kayukebek demo membuang sampah di jalan-jalan utama Kecamatan Tutur.
Seperti diketahui, problem sampah di Kecamatan Tutur itu sebenarnya berlangsung lama. Masyarakat desa di Kecamatan Tutur telah lama membuang sampah sampahnya ke lahan milik perhutani. Utamanya sampah dari pasar Wonosari Nongkojajar, Tutur, Pasuruan. Sejak ditutupnya lahan perhutani untuk pembuangan sampah, akhirnya warga sekitar Tutur membuang sampahnya dipinggir-pinggir jalan, utamanya dipinggir jalan Desa Kayukebek.
Demo pembungan sampah dipinggir jalan tersebut sangat ironi ditengah pandemi covid-19 yang meresahkan warga masyarakat.
Dikonfirmasi melalui telpon selulernya, Camat Tutur, Ahmad Hadi CA, S.Sos, MM, menjelaskan, soal sampah dan tempat pembuangannya sudah lama menjadi problem warga Tutur. Hanya sebagian kecil Warga desa di Tutur yang mengelola sampahnya.
Sebagaimana disampaikan Hadi, Camat Tutur dalam surat kronologis yang disampaikan kepada Bupati Pasuruan, bahwa pada pukul 05.30 wib terjadi tumpukan sampah di tengah jalan sehingga mengakibatkan tertutupnya akses jalan menuju Desa Kayukebek
Pada pukul 08.30 wib telah dibersihkan oleh pihak Pasar Desa Wonosari, Nongkojajar. Pukul 12.30 WIB terjadi lagi penumpukan sampah yang menutup akses jalan Desa Kayukebek sehingga memancing amarah warga.
“Pada pukul 13. 30 warga Desa Kayukebek mengamuk melakukan pembuangan sampah dipinggir-pinggir jalan,” cerita Camat Tutur.
Seperti diketahui bahwa masyarakat desa di Kecamatan Tutur selama ini membuang sampahnya di lahan perhutani. Dan itu berlangsung cukup lama. Sejak ditutupnya tempat pembuangan sampah oleh pihak perhutani tersebut memang membuat warga masyarakat desa di Kecamatan Tutur kelimpungan. Tindakan membuang sampah sembarangan tersebut, menurut Latifu Azza, pegiat pingkungan di Kecamatan Tutur bisa mengakibatkan banjir dan bahaya resapan sampah bisa mencemari sumber mata air di pegunungan.
“Ini daerah pegunungan. Tentu saja cara penangananya sampah harus berbeda dengan daerah dataran rendah. Jika sampah dibuang sembarangan akan mudah terjadi pendangkalan kalau pembuangan dipinggir sungai. Kondisi alam yang naik turun seperti dipegunungan itu sangat membahayakan lingkungan jika sungainya tertimbun sampah,” jelas pemuda yang juga ketua Yayasan Jambawana Tutur.
Latifu berharap warga masyarakat desa di Kecamatan Tutur punya kesadaran yang tinggi untuk mengelola sampah dengan baik agar sampah sampah itu bukan sekedar menjadi problem tetapi juga memberi manfaat untuk alam ini.
“Mengedukasi masyarakat seperti itu memang tidak mudah. Tetapi kalau itu diseriusi bukanlah tidak mungkin. Supaya volume sampah itu bisa berkurang, maka sampah-sampah itu harus dipilah. Yang organik dan non organik. Yang organik dibuatkan juglangan, pembuangannya ya di jugalangan itu. Setidaknya itu untuk sementara waktu bagi yang belum mempunyai tempat mengelola sampah organik. Sedangkan sampah yang tidak bisa terurai ada uang ditabung di Bank sampah, sisanya dibuang ketempat sampah sehingga volume sampah tidak berlebih,” tandas Latifu. (mnr).
Tinggalkan Balasan