Spanduk protes warga Desa Wadas yang berisikan protes pembangunan Bendungan Bener di Desanya. Foto: Ist

Nasional | JATIMONLINE.NET,- Kasus Wadas telah mengundang keprihatinan banyak pihak. Desa Wadas dikepung polisi pun sempat menjadi trending di berbagai media sosial maupun mesin pencari di Internet.

Tak terkecuali ormas terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU). Melalui Ketua Tanfidziyah Ahmad Fahrurrozi, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta pemerintah untuk menempuh jalan musyawarah dalam pembangunan Bendungan Bener di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Atas Kasus Desa Wadas, sosok yang akrab disapa Gus Fahrur itupun meminta pada pemerintah untuk tidak menggunakan kekerasan. Karena menurutnya kebijakan yang baik harus dilakukan dengan cara yang baik pula.

“Kita ingin agar proses yang dilakukan pemerintah lebih mengedepankan musyawarah. Jangan sampai ada teror karena ini kan untuk kemaslahatan,” pesannya.

Menurutnya, Pemerintah seharusnya bisa bicara baik-baik kepada warga wadas. Kasus Desa Wadas adalah pelajaran penting, bahwa pindah dari tanah kelahiran bukanlah hal yang mudah.

Kasus Wadas, menurut Gus Fahrur pemerintah dan warga agar bisa duduk bersama untuk berunding. Fahrur juga mengusulkan kader NU atau Muhammadiyah agar menjembatani diskusi antara warga dengan pemerintah.

“Masyarakat harus diyakinkan, bahwa mereka tidak dirugikan. Kalau itu tidak memungkinkan, ya harus dicari tempat yang lain,” pungkasnya.

Sebagai Informasi, Polisi sebelumnya telah menangkap 23 orang dengan dalih membawa senjata tajam, bahkan ada pula warga yang ditangkap saat sedang makan di warung, meskipun pada akhirnya dibebaskan setelah viralnya kejadian tersebut. (red/tim).