Muhammad Sochib, Ketua Fraksi NasDem Kabupaten Sidoarjo

Sidoarjo | JATIMONLINE.NET,- Batik atau yang dalam prosesnya disebut membatik adalah sebuah proses seni adiluhung yang dapat disaksikan saat berada di rumah para perajin batik.

Batik tulis yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi milik Indonesia ini menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Indonesia.

Pengukuhan batik Indonesia oleh UNESCO waktu itu dilakukan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada 2 Oktober 2009.

Di Kabupaten Sidoarjo, batik tulis tradisional di Sidoarjo berpusat di Jetis sejak tahun 1675. Batik ini mula-mula diajarkan oleh Mbah Mulyadi yang konon merupakan keturunan raja Kediri yang lari ke Sidoarjo.

Bersama para pengawalnya, Mbah Mulyadi mengawali berdagang di “Pasar Kaget” yang kini dikenal dengan nama Pasar Jetis. Karena memiliki keterampilan membatik, Mbah Mulyadi kemudian mengajarkan kepada orang-orang sekitar sehingga terbentuklah sebuah komunitas pembatik. Dari sinilah seni batik kemudian berkembang ke daerah-daerah lain di Sidoarjo hingga sekarang.

Kini disaat kondisi ekonomi yang belum pulih seutuhnya akibat pandemi, batik di Sidoarjo kian tengelam. Padahal batik asal Kabupaten Sidoarjo sempat mengalami zaman keemasan dulunya.

Kampung Batik di Daerah Jetis Kabupaten Sidoarjo

Di Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober saat ini, Muhammad Sochib, Ketua Fraksi NasDem Sidoarjo mengaku makin prihatin melihat kondisi pengrajin batik asal Sidoarjo.

“Pandemi ini memang pukulan keras pada semua sektor usaha. Tapi Batik adalah kebanggan kita bersama, bukan hanya Sidoarjo, tapi Batik sudah dikukuhkan sebagai warisan dunia lho. Ini yang kemudian menjadi miris. Pengrajin batik di Sidoarjo jumlahnya makin menipis, disamping karena memang pasar batik tak lagi seperti dulu, mencari penerus pengrajin batik tulis tidaklah mudah,” kata sosok yang akrab disapa cak Sochib itu.

Anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo yang dulunya adalah supir truk itu menambahkan, bahwa kondisi diatas tidak bisa dibiarkan. Harus ada dukungan dari Pemerintah agar Bati Tulis asal Sidoarjo bisa kembali bangkit.

“Sidoarjo ini punya sejarah panjang Batik Tulis, bahkan ada motif khusus asal Sidoarjo yang dulunya sangat terkenal, seperti motif beras utah, kembang bayem dan kebun tebu. Motif itu lahir dari kondisi Sidoarjo kala itu, filosofinya sangat mendalam. Kondisi sekarang ini menurut saya perlu perhatian kita bersama untuk melestarikan budaya bangsa ini. Pemerintah juga harus ikut turun tangan agar kondisi Batik Tulis di Sidoarjo tidak hanya jadi cerita sejarah,” pungkas cak Sochib dengan nada prihatin. (uzi).