Didukung Gus Ali, Suara Nahdlyyin Tumplek Ke BHS – Taufiq
Sidoarjo | JATIMONLINE.NET,- Suara nahdliyin dalam pemilukada di Kabupaten Sidoarjo ini benar – benar diperebutkan kontestan politik di Sidoarjo. Hal demikian bisa dimaklumi, karena 80 % warga masyarakat Sidoarjo adalah warga NU. Demikian banyak disampaikan Tim Sukses (TS) masing masing kontestan politik.
Demikian juga dari kubu Bambang Haryo Sukartono (BHS) – Taufiq, juga melakukan pendekatan dengan kelompok kelompok di NU juga elit elit struktural NU yang dianggap bisa mendulang suara BHS – Taufiq di basis nahdliyin.
Dikonfirmasi soal strategi pemenangan mendulang suara di basis nahdliyin, Mohammad Ali, akrab di sapa Gus Ali, yang menjadi tim pemenangan BHS dibagian suara nahdlyyin, menuturkan kalau upaya mengenalkan BHS – Taufiq di basis basis nahdliyin itu akan terus dilakukan.
Menurut Gus Ali yang juga mantan Aktivis PMII UGM, Jogjakarta ini, BHS – Taufiq adalah orang baik, juga mempunyai program – program yang baik, yang baik pula untuk disinergikan dengan nahdliyin.
“Saya kira masyarakat Sidoarjo perlu tahu, kalau Pak BHS – Taufiq itu adalah juga orang NU. Dan ke NU an mereka berdua tidak diragukan lagi. Pak Taufiq adalah menantu H. Maskur Rois, sesepuh NU Sidoarjo. Pak BHS juga orang NU. Bahkan Ustadz Khoiri, Wakil Ketua PCNU Sidoarjo menyampaikan dimedia, warga NU tidak usah meragukan lagi, kalau semua Calon Bupati dan Wakilnya adalah orang NU, tidak ada yang perlu ditakutkan,” ujar Gus Ali, yang juga pengusaha kuliner, Resto Asap – Asap ini mengutip pernyataan Ustadz Khoiri di media, kapan hari.
Seperti dalam pantauan media ini, beberapa tokoh NU yang hadir dalam rapat kordinasi pemenangan BHS – Taufiq, sebagian besar adalah fungsionaris pengurus NU ditingkatan MWC NU se-Kabaten Sidoarjo. Namun Gus Ali yang juga pemilik usaha rumah makan M2M di Sidoarjo ini berpesan pada wartawan media ini, supaya tidak terlalu vulgar untuk pemberitaannya karena menghormati kelembagaan NU.
“Karena NU bukan Partai Politik, maka kalau ada fungsionaris NU yang mendukung Pak BHS, biar mengatasnamakan pribadi pribadi, tidak mengatasnamakan lembaga NU, walaupun tidak bisa dipungkiri, bahwa beliau beliau fungsionaris NU yang ikut timnya Pak BHS, juga mempunyai jaringan suara nahdliyin yang banyak, hinggga tingkat ranting (desa),” ujat Gus Ali lagi.
Pada kesempatan koordinasi dengan tokoh NU, Kiai, Habaib dan warga Nahdliyin Sidoarjo di Hotel Aston Gresik itu, jumat 25 September 2020 itu, BHS menyampaikan beberapa poin poin penting kaitannya dengan pembangunan, yang terangkum dalam program kerja BHS.
Salah seorang tokoh NU Kecamatan Sedati yang juga petani tambak di Sedati, menyampaikan keluhannya, terkait harga ikan seperti bandeng, yang terus menurun, tidak sesuai dengan biaya pakan yang terus naik.
Disamping bandeng, harga udang fanami, kata tokoh NU Sedati tersebut, juga tidak sesuai dengan biaya pakan yang terus naik.
“Disamping itu, ada juga soal garam, banyak petani garam di Sedati yang kurang mendapatkan keuntungan,” jelas petani tambak itu.
BHS menuturkan, bahwa Sidoarjo adalah daerah yang sangat potensial untuk dikembangkan perikanannya disekitar tambak dan pesisirnya. “Panjang pantai Sidoarjo itu 27 km, lebih luas dari panjang pantai yang ada di Surabaya. Karena itu potensinya luar biasa untuk misalnya dikembangkan budidaya ikan kerapu dan sebagainya, karena kedalaman pantai di Sidoarjo juga cukup atau memenuhi syarat untuk dikembangkan untuk budidaya ikan, termasuk ikan kerapu,” terang BHS.
BHS menambahkan, untuk mendapatkan khas budidaya tambak bandeng dan udang fanami yang baik, perlu dibuatkan campuran air sungai dan air laut yang dimasukkan ke tambak tambak milik petani.
“Nanyi akan kita lakukan itu, akan kita buatkan pipa pipa yang menyambungkan mencampur air sungai dengan air laut masuk ke tambak,” terang BHS.
Soal kerugian yang sering dialami petani garam disedati, BHS berjanji, kalau dia yang terpilih, ia akan melarang garam impor masuk ke Sidoarjo dan warga Sidoarjo harus mengkonsumsi garam lokal produksi masyarakat Sidoarjo. “Dengan demikian maka ekonomi petani garam di Sidiarjo akan meningkat,” ujar BHS yang disambut tepuk tangan audien.
Sementara itu, salah satu warga NU yang juga berprofesi sebagai guru MI (Madrasah Ibtidaiyah) menyampaikan keluhannya kalau selama ini honor atau gaji guru MI jauh dari kelayakan.
“Saya ini juga guru sekokah Negeri, juga guru di sekolah MI. Guru di MI itu gajinya cuma Rp 500 ribu. Itu jauh dari kelayakan. Karena itu mohon diperhatikan, kalau nanti Pak BHS terpilih jadi Bupati Sidoarjo supaya insentif guru MI itu harus benar benar diperhatikan, ujar warga NU yang berprofesi sebagai guru MI tersebut. (mnr).
Tinggalkan Balasan