Jaga Kualitas Mangga, H. Sudiono Fauzan Tidak Paksa Mangga Alpukatnya Berbuah Tiga Kali Setahun
Pasuruan,- Meski disebut Pertanian modern, namun juga harus menyisakan sisi yang alami. Memburu target pendapatan itu penting, tetapi tidak boleh mengabaikan kualitas mangga. Demikian pesan yang dapat ditangkap dari wawancara dengan H. Sudiono Fauzan, Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan yang juga petani mangga yang lahannya ada di Dusun Balepanjang, Desa Pandean, Kecamatan Rembang.
“Saya tidak pernah memaksa atau mendoping atau “memperkosa” mangga alpukat ini supaya berbuah dua kali, apalagi tiga kali dalam setahun. Saya biarkan alami, dalam setahun panen satu kali saja, karena alaminya, siklus berbuah nya mangga itu satu kali dalam setahun,” demikian kata H. Sudiono Fauzan, petani mangga yang juga ketua DPRD Kabupaten Pasuruan, memulai wawancara.
Menurut politisi PKB yang sudah kenyang dengan asam garam dunia pertanian mangga ini, “memaksa” mangga supaya berbuah lebih dari satu kali, berbuah dua kali atau bahkan tiga kali dalam setahun, itu juga beresiko pada keberlangsungan mangga itu sendiri. Hal itu ia sampaikan menanggapi banyaknya keluhan petani mangga di Kabupaten Pasuruan yang hari ini banyak mengalami kerontokan bunganya mangga mangga saat ini.
“Yang terpenting itu bagi saya, asal pupuknya cukup, nutrisinya cukup, maka mangga itu akan berbuah banyak, buahnya besar dan berkualitas,” terang Ketua DPRD Pasuruan yang akrab disapa Mas Dion ini.
Mas Dion menggaris bawahi bahwa pertanian mangga alpukat yang lagi ramai di Pasuruan, utamanya Kecamatan Rembang, adalah masuk jenis pertanian modern. Pertanian yang sudah menggunakan menejemen antara pengelolaan, perawatan, kualitas dan penjualan. Bukan jenis pertanian mangga tradisional seperti zaman dulu.
“Jadi ini sudah pertanian mangga yang sudah modern ya. Kita tidak membiarkan mangga itu sak cukul cukule sak uwo uwoe (setumbuh tumbuhnya, berbuah dengan sendirinya). Bertani mangga itu sudah tidak seperti model zaman dulu. Zaman orang tua tua kita dulu. Sudah tidak seperti itu,” terangnya.
Baca Juga: Jaga Kualitas Mangga, Wisata Petik Mangga, Rombo Kulon, Pasuruan Tingkatkan Ekonomi Masyarakat Desa
Jika model pertanian mangga seperti zaman dulu, lanjutnya, itu prosesnya lama. Kalau tanamnya dari pelok (biji) seperti orang tua tua dulu, itu waktu berbuah nya bisa lama sekali. Dari mulai tanam hingga berbuah bisa mencapai 12 tahun. Waktunya kelamaan.
“Jadi kita tanam mangga itu mulai dari tanam bibit dari cangkok an atau okulasi. Tingginya 1/5 meter. Umur 3 tahun sudah belajar berbuah. Umur 4 tahun sudah berbuah. Pada umur 1 tahun, setiap tunas yang muncul, harus dipotong. Karena dalam rumusnya, kebanyakan tunas itu tidak baik. Kurang tunnasnya juga tidak baik,” jelasnya.
Keistimewaan dari pohon mangga alpukat milik Mas Dion ini pohonnya tidak tumbuh tinggi, tingginya rata rata 1,5 meter. Ketika berbuah, buahnya bisa diambil tidak harus memanjat pohonnya. Sehingga ketika pengunjung yang mau membeli mangga alpukat ini tidak repot repot memetiknya.
Dari sistem memotong tunas, pada setiap tunas yang muncul, tidak boleh lebih dari empat tunas, sebelum masa berbuah pohon mangga alpukat itu, akibatnya pohon mangga tidak berkembang tinggi menjulang. Berbuahnya juga pada posisi yang bagus. Tidak terlalu ngelembreh.
Mas Dion menambahkan, sejak viral Tahun 2017 silam, mangga alpukat kebanggan Kabupaten Pasuruan ini harganya tidak pernah hancur. Harga mangga alpukat bisa mencapai Rp 40 ribu/kg jika masuk panen pertama kali. Jika harga normal rata-rata mencapi Rp 30 ribu/kg.
“Harga paling rendahpun itu cuma Rp 10 ribu/kgnya. Itupun jika terjadi panen raya secara besar-besaran. Tetapi itu jarang sekali mencapai harga Rp 10 ribu/kg. Dulu sebelum viral, harga mangga alpukat pas panen raya satu plastik/kresek hanya laku Rp 5 ribu. Sekarang sudah tidak seperti itu,” terangnya bangga.
Satu Kali Masa Panen, Lebih Dari Cukup Membeli Satu Mobil Baru
Soal penjualan mangga alpukat, saat ini Mas Dion sudah tidak pernah menjuanya keluar. Dengan lahan seluas kurang lebih 8 hektar itu, pembeli mangga alpukat di kebun Mas Dion ini datang sendiri. Menikmati mangga alpukat ini sembari berwisata: wisata petik mangga.
“Bahkan kalau pas lagi ramai pengunjung, kita bisa kehabisan stok mangga masak pohon. Terkadang kita pinjamkan mangga punya tetangga sebelah ketika pengunjung itu ramai. Semua pembeli biasanya datang kesini langsung. Jadi sekarang kita tidak pernah menjual mangga alpukat ini keluar. Pembeli yang lain biasanya yang pedagang online. Setelah mereka (pedagang online) dapat pesanan, baru ia meluncur ke lokasi mengambil mangganya,” jelasnya.
Untuk satu pohon, mangga alpukat bisa berbuah 5 kwintal lebih. Dengan harga mangga Ro 20.000 – Rp 40.000, tentu saja pendapatan petani mangga alpukat ini terbilang fantastis. Dengan lahan 8 hektar, diperkirakan omset petani mangga alpukat itu bisa mencapai milyaran rupiah untuk tiap kali satu panen.
Dengan biaya perawatan 30 % (termasuk gaji tenaga kerja) dari nilai omset, tentu ini pendapatan yang menggiurkan bagi seorang petani.
Berapa omsetnya Mas Dion tiap kali masa panen dengan lahan luasan kurang lebih 8 hektar itu? “Wah kalau soal itu saya tidak pernah menghitung ya. Jadi kalau panen ya panen aja gitu. Kami tidak pernah menghitungnya. Kalau soal cuma untuk beli satu mobil baru, tiap masa panen, ya terlalu bisalah mas,” terangnya.
Mas Dion berpesan, kepada semua petani mangga di Kabupaten Pasuruan, utamanya di Kecamatan Rembang, supaya tetap menjaga kualitas mangga Alpukatnya.
“Salah satu masalah yang hari ini lagi dikeluhkan oleh pembeli, sering terjadi mangga alpukat atau mangga Arum manis itu dioplos oleh pedagang yang ada dipinggir-ppinggir jalan yang ada di sekitaran Desa Rombo Kulon. Jadi kami mohon supaya dijaga kualitasnya. Janganlah mencampuri mangga alpukat dengan mangga gadung yang lain, supaya citra mangga alpukat tidak rusak,” harapnya. (mnr).
Tinggalkan Balasan