Hariyono, Kepala Desa Rombo Kulon, Rembang, Pasuruan

Pasuruan,- Angin semilir melambai ketika wartawan www.jatimonline.net ini memasuki area Desa Wisata Petik Mangga, Rombo Kulon, Kecamatan Rembang, Pasuruan. Siang yang harusnya terik itu, terasa sejuk karena dikanan kiri gazebo, tempat wartawan media ini wawancara dengan Kepala Desa Rombo Kulon, dikelilingi pohon mangga.

Nama lengkap Desa Rombo Kulon adalah Desa Oro Oro Ombo Kulon. Masyarakat biasa menyebutnya Desa Rombo Kulon.

Hariono, Kepala Desa Rombo kulon itu menuturkan, dengan diadakannya Desa Wisata Petik Mangga ini bisa meningkatkan ekonomi warga masyarakat sekitar Desa Rombo Kulon.

Sebagai masyarakat desa yang sudah kenyang asam garam dunia pertanian mangga, tentu bukanlah hal yang sulit di Desa Rumbi Kulon ini diajak untuk mengelola Desa Wisata Petik Mangga.

Tidak boleh ada satu jengkal tanah pun tidak tergarap atau tidak terkelola. Semua harus dikelola dan  bermanfaat untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, utamanya warga masyarakat Desa Rombo Kulon. Demikian pesan yang bisa ditangkap dari hasil wawancara dengan Kepala Desa yang sudah tiga periode menjabat ini.

Umur Desa Wisata yang dikelola melaui BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) memang baru dua tahun. Namun pengalaman Kepala Desa Rombu kulon sebagai petani mangga sudah puluhan tahun.

“Saya ini bertani mangga itu sejak kecil. Mengenal mangga gadung berkualitas baik sudah sejak tahun 1996. Jadi saya tahu jerih payahnya seorang petani mangga. Karena itu saya membuat Desa Wisata ini harapannya agar petani mangga dan warga masyarakat sekitar bisa mendapatkan manfaat secara ekonomi lebih besar. Dan saya berharap karya ini akan menjadi peninggalan saya yang manfaatnya bisa dirasakan selamanya,” harap Kepala Desa yang juga menjabat sebagai Satkorcab Banser Cabang Bangil Ini.

Tampak pohon mangga gadung klone 21, mangga alpukat kebanggan Desa Rombo Kulon, ditumpang sari dengan tanaman terong

Hingga bulan Juli ini, pohon mangga kawasan wisata petik mangga Desa Rombo Kulon ini masih tahap mengembang (bunga sebelum jadi buah). Diperkirakan, panen raya mangga alpukat atau gadung klone 21 ini pada bulan September.

Ada beberapa pohon dilokasi wisata petik mangga ini yang sudah mulai keluar buahnya, masih pentil. Namun dibeberapa lokasi yang lain juga ada yang sudah memanennya. Dipinggir jalan raya Desa Rombo Kulon arah Sukorejo juga mulai ada yang menjual mangga arumanis klone 21 ini. Dan harganya pun lumayan tiinggi, Rp 30 ribu/ kgnya.

Soal harga mangga apukat ini tergolong mahal. Harganya bisa mencapai antara Rp 25 ribu – Rp 40 ribu/kgnya. Hariyono menuturkan, dipastikan, untuk masyarakat sekitar tidak ada yang membeli mangga yang terkenal manis ini. Disamping hampir semua warganya memiliki pohon mangga ini. Kualitas dan harga mangga alpukat itu adalah harga konsumsi wisatawan.

Seperti diketahui, Desa Wisata Petik Mangga di Rombo Kulon, kini menjadi jujugan wisata dari berbagai daerah. Ada yang dari Surabaya, Sidoarjo, Malang. Bahkan ada yang datang dari Kalimantan.

Soal pemasaran mangga arumanis jenis mangga alpukat ini bahkan bisa tembus pasar Jakarta. “Mangga ini adalah mangga kebanggan masyarakat Desa Rombo Kulon. Pemasarannya bahkan sampai luar negeri. Singapura, Malaysia dan Arab Saudi. Soal harganya yang tergolong mahal, itu karena kualitasnya juga bagus,” terang Hariyono bangga.

Soal masa panen, lanjutnya, mangga alpukat di Desa Rombo Kulon ini biasanya 2 kali dalam setahun. Menanggapi soal banyaknya petani mangga di Pasuruan yang pada tahap berbunga sudah berguguran, menurut Hariono, itu bisa disebabkan karena salah dalam perawatan. Disamping juga karena faktor alam.

“Kalau pas waktu kembang hujannya turun lagi, otomatis kembangnya akan logrok. Waktu kembang itu harus pas masuk masa kemarau. Kalau melalui rekayasa, mangga dipaksa harus panen tiga kali, bisa-bisa pas waktu kembangnya jatuhnya masih musim penghujan sehingga kembangnya banyak yang logrok,” jelasnya. (mnr) (bersambung)